Pesona Budaya Dairi: Warisan Luhur di Jantung Sumatera Utara

Keunikan Tradisi dan Ritual Budaya Kabupaten Dairi
Sumber :
  • info sumut

Budaya, VIVA Banyuwangi –Kabupaten Dairi, sebuah permata tersembunyi di Sumatera Utara, menyimpan kekayaan tradisi dan budaya yang menakjubkan. Dari tarian sakral hingga ritual adat yang mempesona, daerah ini menawarkan pengalaman budaya yang tak terlupakan. Mari kita jelajahi warisan luhur yang menjadi kebanggaan masyarakat Dairi.

Pesta Njuah-juah: Perayaan Syukur dan Kebersamaan

Pesta Njuah-juah merupakan puncak perayaan budaya di Kabupaten Dairi. Acara tahunan ini menjadi ajang untuk memamerkan kekayaan tradisi dan hasil bumi daerah. Pada tahun 2022, setelah vakum dua tahun akibat pandemi COVID-19, pesta ini kembali digelar dengan meriah.

Rangkaian acara dimulai dengan kirab budaya yang melibatkan 88 kelompok dari berbagai kecamatan, organisasi masyarakat, sekolah, dan instansi pemerintah. Para peserta membawa “siluah” atau hasil panen berupa produk pertanian dan hasil bumi lainnya sebagai simbol rasa syukur.

Tarian Era-era: Sambutan Istimewa untuk Tamu Kehormatan

Salah satu highlight Pesta Njuah-juah adalah Tarian Era-era. Tarian khas Pakpak ini hanya ditampilkan pada acara-acara seremonial penting, seperti penyambutan tamu kehormatan atau event besar.

Tarian Era-era dibawakan oleh lima penari, terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Mereka menggunakan properti dari batang dan daun silinjuhang serta air bersih, menciptakan pertunjukan yang memukau dan sarat makna.

Mendilo Raja: Memanggil Para Pemimpin Adat

Acara selanjutnya adalah Mendilo Raja atau memanggil raja kampung. Di Kabupaten Dairi, terdapat 16 raja marga yang mewakili berbagai suku dan kelompok masyarakat. Kehadiran para raja ini menunjukkan pentingnya peran pemimpin adat dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Dairi.

Pesakatken Gatap Ncayur: Ritual Meminta Izin

Setelah para raja berkumpul, dilaksanakan ritual Pesakatken Gatap Ncayur. Dalam ritual ini, pejabat pemerintah meminta izin kepada para raja untuk mengadakan Pesta Njuah-juah. Mereka memberikan uang parsatabbian (uang meminta izin) disertai sirih siap saji.

Ritual ini bukan sekadar formalitas, melainkan cerminan penghormatan terhadap adat istiadat dan peran para pemimpin tradisional dalam masyarakat Dairi.

Mersodip: Doa Bersama untuk Kemajuan Daerah

Puncak dari rangkaian ritual adalah Mersodip, sebuah prosesi doa bersama yang dipimpin oleh para raja bersama keluarga mereka. Dalam ritual ini, mereka memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar Kabupaten Dairi semakin maju dan terlindung dari marabahaya.

Para raja membawa berbagai sesaji khas Pakpak seperti Pelleng (nasi kuning), Manuk Tuk (ayam berukuran kecil), ayam panggang, Silinjuhar, Sanggar Simpilit, Nditak, Pinahpah (padi muda yang ditumbuk), sirih, dan telur. Usai berdoa, makanan ini dibagikan kepada para tamu sebagai simbol berbagi berkah.

Tarian Tradisional Lainnya

Selain Tarian Era-era, Kabupaten Dairi juga memiliki beragam tarian tradisional lainnya, seperti:

  1. Tari Pakpak: Tarian khas suku Batak Pakpak dengan kostum tradisional yang mencolok, termasuk penutup kepala wanita yang mengerucut ke atas.

  2. Tari Piso Surit: Berasal dari Kabupaten Karo, tarian ini sering ditampilkan sebagai tarian penyambutan tamu kehormatan.

Pelestarian Budaya di Era Modern

Pemerintah Kabupaten Dairi berkomitmen untuk melestarikan kekayaan budaya daerah. Bupati Eddy Keleng Ate Berutu menegaskan, “Tradisi dan budaya adalah akar identitas kita. Melalui event seperti Pesta Njuah-juah, kita tidak hanya merayakan warisan leluhur, tetapi juga mengenalkannya kepada generasi muda.”

Upaya pelestarian ini juga didukung oleh berbagai pihak, termasuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.