Soeharto Ternyata Pernah Membuat Seorang Jenderal Menangis Karena Kebijakan yang Dibuat Olehnya

Soeharto terkenal ramah dan murah senyum
Sumber :
  • https://www.google.com/imgres?q=soeharto

Sejarah, VIVA BanyuwangiSoeharto dikenal sebagai Presiden RI kedua yang menggantikan Soekarno. Soeharto berhasil duduk di kursi kepresidenan usai menumpas pemberontakan yang diinisiasi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965 silam atau yang kini lebih dikenal dengan sebutan Peristiwa G30S/PKI.

Soeharto merupakan orang terlama yang memegang jabatan presiden dalam sejarah republik Indonesia hingga saat ini.

Panjangnya masa jabatannya tersebut sebanding dengan banyaknya kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh Soeharto untuk negara ini, yang sebagian besar masih dapat dirasakan hingga sekarang.

Namun, dari sekian banyak kebijakan yang dibuat ternyata ada satu kebijakan yang pernah dibuat oleh Soeharto yang justru membuat menangis salah seorang jenderal.

Jenderal yang menangis tersebut bernama Ali Moertopo.

Dikutip dari 'Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya' oleh Ramadhan K. H., sekitar tahun 1967 atau 1968, Soeharto yang sudah menjabat sebagai presiden memiliki rencana untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Soeharto ingin menaikkan harga BBM tersebut dari Rp. 4,- menjadi Rp. 16,- per liter.

Mendengar rencana Soeharto tersebut, Ali Moertopo yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan dikatakan menjadi bingung dan bahkan sampai menangis.

Ali Moertopo dikatakan sampai menangis dikarenakan dia khawatir jika rencana  mdnaikkan harga BBM tersebut dilaksanakan, akan timbul gejolak pada masyarakat.

Gejolak tersebut dikhawatirkan dapat berujung kepada demonstrasi dan dapat menggoyahkan posisi Soeharto sebagai presiden.

"Kita ingin mempertahankan Pak Harto. Kalau tetap akan diambil keputusan menaikkan harga BBM tersebut, itu akan dapat menghancurkan pemerintah Orde Baru," ujar Ali Moertopo yang pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal tersebut.

Namun, Soeharto tetap pada pendiriannya. Dia mengaku sudah memperkirakan semuanya. Soeharto memberikan gambaran, pada masa itu masyarakat tetap mau membeli teh dalam kemasan yang dihargai Rp. 25,-.

Sehingga, untuk BBM seharga Rp. 16,- per liter yang dapat membawa masyarakat bepergian beberapa kilometer jauhnya, masa mereka sampai tidak mau bahkan sampai memprotes kebijakan tersebut, demikian pembelaan Soeharto mengenai kebijakan tersebut.

"Saya sudah menghitung keseluruhannya," ujar Soeharto dalam buku tersebut.