Daun Ubi Tumbuk: Warisan Lezat Tapanuli Selatan yang Bikin Nagih!
- Istimewa
Kuliner, VIVA Banyuwangi –Daun Ubi Tumbuk, hidangan tradisional dari Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, merupakan wujud keanekaragaman kuliner Nusantara yang sarat makna budaya. Kuliner ini terbuat dari daun singkong muda yang ditumbuk hingga halus, kemudian dimasak bersama santan dan aneka rempah seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, serai, dan lengkuas. Hidangan ini sering kali diperkaya dengan udang rebon atau ikan teri, menciptakan cita rasa gurih, creamy, dan sedikit pedas.
Potensi dan Eksistensi
Hingga kini, daun ubi tumbuk tetap menjadi primadona di Sumatera Utara, terutama di daerah pedesaan yang menjunjung tradisi memasak dari bahan alami. "Daun ubi tumbuk ini bukan sekadar makanan, tapi juga simbol kekayaan budaya kami," ujar salah satu warga Tapanuli Selatan. Potensi hidangan ini sebagai ikon kuliner lokal sangat besar, apalagi dengan meningkatnya wisata kuliner di Indonesia.
Bahan dan Cara Pembuatan
Bahan:
- Daun singkong muda (500 gram)
- Santan (500 ml)
- Bawang merah (6 siung)
- Bawang putih (4 siung)
- Serai, kunyit, dan lengkuas secukupnya
- Ikan teri atau udang rebon (opsional)
Cara Membuat:
- Cuci daun singkong, lalu tumbuk hingga halus.
- Tumis bumbu halus seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, serai, dan lengkuas hingga harum.
- Masukkan santan, aduk hingga merata, dan tambahkan daun singkong tumbuk.
- Tambahkan teri atau rebon jika diinginkan.
- Masak hingga matang dan kuah mengental.
Hidangan ini biasa disajikan bersama nasi putih hangat, ikan bakar, atau ayam goreng.
Keunikan dan Filosofi
Keunikan daun ubi tumbuk terletak pada proses penumbukan daun yang memperhalus teksturnya, membuatnya mudah menyerap bumbu. Filosofinya sederhana: proses tradisional ini mencerminkan nilai kebersamaan dan kesabaran masyarakat setempat dalam memasak.
Daya Tarik Wisata Kuliner
Wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara sering mencari daun ubi tumbuk sebagai pengalaman kuliner otentik. Hidangan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menawarkan cerita budaya yang kaya. Selain itu, upaya pelestarian melalui berbagai festival kuliner dan promosi di media sosial membuat hidangan ini tetap relevan di era modern.