Bersama Nusa Fresh, 15 Desa Sejahtera Astra di Banyuwangi Berhasil Ekspor Buah Naga ke Mancanegara
- Dok. Nusa Fresh/VIVA Banyuwangi
Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Banyuwangi menjadi salah satu kabupaten dengan produksi hasil pertanian yang melimpah. Di antaranya yaitu produk buah-buahan tropis seperti buah naga, durian, manggis, hingga jeruk manis.
Sayangnya, melimpahnya hasil panen di kawasan Banyuwangi tersebut juga menimbulkan sebuah permasalahan baru. Seperti anjloknya harga komoditas pertanian karena stok barang yang melebihi jumlah permintaan pasar.
Permasalahan anjloknya harga jual ini pernah dialami oleh para petani buah naga Banyuwangi tahun 2019 lalu. Merosotnya harga komoditas ini bahkan hingga Rp 500 per kilonya, yang menyebabkan banyak petani memilih untuk membuang hasil panen mereka sebagai bentuk kekecewaan rusaknya harga jual di pasar.
Berawal dari fenomena inilah, Astra bersama PT Nusa Tropical Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Nusa Fresh, perusahaan eksportir hasil pertanian, berusaha mengatasi permasalahan yang dihadapi para petani buah naga di Banyuwangi.
Managing Director Nusa Fresh, Andriza Syarifudin menganalisis, fenomena anjloknya harga buah naga di tahun 2019 itu terjadi karena petani melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap tanamannya karena menggunakan penetrasi atau obat-obatan kimia.
“Ini membuatnya produknya jauh dari kualitas dan sulit diminati oleh pasar, apalagi untuk pasar ekspor,” kata Andriza kepada Banyuwangi.viva.co.id pada 3 November 2023.
Berdasarkan analisis tersebut, Nusa Fresh bersama dengan Astra melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) melakukan pendampingan kepada para petani untuk membenahi kualitas buah naga dari hulu hingga hilir.
Dengan pendampingan ini, Andriza berharap dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para petani Banyuwangi sehingga mampu melakukan budidaya yang lebih baik dari segi teknis dan cara pengolahan lahan.
“Utamanya adalah itu, gimana produknya bisa diperbaiki dulu kualitasnya hingga akhirnya bisa diserap dengan baik oleh pasar luar negeri,” tambahnya.
Andriza bercerita, Nusa Fresh awalnya mendampingi petani dari 10 desa yang ada di 7 kecamatan di Banyuwangi. Seiring berjalannya waktu, saat ini sudah ada 15 desa yang tergabung dalam dampingan mereka di program DSA.
“Budidaya buah naga ini menyebar di 7 kecamatan mulai dari Bangorejo, Purwoharjo, Pesanggaran, Siliragung, Muncar, Tegaldlimo, dan Sempu,” ungkap Andriza.
Melalui program DSA ini, Andriza menyebut pihaknya bertugas sebagai fasilitator yang mendampingi para petani untuk memberikan panduan tentang penanaman buah naga yang baik sehingga menghasilkan komoditas yang bernilai ekspor.
“Termasuk memberikan bantuan Sarana Produksi Pertanian (Saprotan), pendampingan SOP, pendampingan mainset, wirausaha, pencatatan keuangan dan lain sebagainya,” katanya.
Lebih lanjut, pendampingan DSA yang dilakukan Astra bersama Nusa Fresh ini berhasil menelurkan ekspor buah naga pertama kali di Banyuwangi pada tahun 2022.
“Tahun lalu, kami melakukan seremoni pelepasan ekspor bersama bupati ibu Ipuk di desa Jambewangi, kecamatan Sempu, untuk ekspor ke wilayah Asia dan Eropa dengan nilai Rp1,8 miliar,” tutur Andriza.
Sementara itu, hingga tahun 2023, produk buah naga segar menurut Andriza sudah di ekspor ke pasar Eropa Barat seperti Inggris, Belanda, Jerman, Spanyol, Perancis dan juga beberapa pasar Asia.
Selain produk buah naga segar, terobosan inovasi produk turunan buah naga seperti dragon fruit chips dan dried dragon fruit untuk menyerap lebih banyak buah naga dari para petani.
“Kami membuat inovasi lagi yaitu membuat produk turunan untuk menyerap produk buah naga yang pada dasarnya sudah baik dari segi kualitas pasar namun secara penampilannya kurang begitu menarik,” lanjut Andriza.
Lewat pendampingan melalui Desa Sejahtera Astra (DSA) yang menyasar 15 desa di kabupaten Banyuwangi ini, Nusa Fresh mampu memberikan peningkatan pendapatan petani buah naga hingga 30% dari pendapatan awal.
“Dari tahun 2020 sampai saat ini, ada lebih dari 3000 petani yang tergabung dan memperoleh peningkatan pendapatan yang lebih baik,” jelasnya.
Andriza berharap, pihaknya dapat melakukan pendampingan dan pengembangan yang menyasar petani-petani dengan komoditas lain di Banyuwangi.
“Kami berharap bisa melakukan inovasi untuk produk lainnya, seperti durian dan manggis di wilayah Songgon, kapulaga di wilayah Banyuwangi Selatan, dan kopi di wilayah Kalibaru,” pungkasnya.