10 Tips Belajar Cerdas dan Pelajaran Hidup dari Drakor SKY Castle

Group belajar pada scene drama Sky Castle
Sumber :
  • http://www.soompi.com/

Drakor, VIVA Banyuwangi –SKY Castle bukan sekadar drama televisi biasa, melainkan sebuah kritik sosial yang tajam terhadap sistem pendidikan yang sangat ketat di Korea Selatan yang pada akhirnya membentuk pola pikir yang salah, baik bagi para orang tua maupun para siswa.

SKY Castle digambarkan sebagai sebuah kompleks perumahan mewah, di mana keluarga-keluarga dokter dan profesional elit tinggal berdampingan. Namun, bayangkan apa yang terjadi ketika para masyarakat kalangan atas berkumpul dalam satu lingkungan?

Persaingan sengit, rasa iri dan dengki, serta sikap saling merendahkan tak terhindarkan. Para orang tua tidak hanya saling bersikap sinis, tetapi juga berlomba-lomba memamerkan kehebatan anak-anak mereka. Mereka semua meyakini bahwa keberhasilan mutlak hanya dapat diraih jika anak-anak mereka berhasil masuk ke Universitas Nasional Seoul.

Melalui kisah dan situasi unik yang dialami oleh masing-masing keluarga, penonton disuguhkan berbagai sudut pandang tentang kehidupan, cinta, dan makna sesungguhnya dari kesuksesan. Alur cerita yang menyentuh, mendebarkan, dan sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari membuat drama ini begitu digemari setiap episodenya. Mari kita telaah beberapa pelajaran berharga yang bisa kita petik dari drama ini.

1.   Kelompok belajar dan dukungan kecil dapat memberikan dampak besar

Kelompok belajar seharusnya menjadi wadah yang positif, dan bantuan kecil dari sesama anggota dapat membuat perbedaan besar dalam proses pembelajaran. Keluarga-keluarga di Sky Castle membentuk kelompok belajar di mana orang tua dan anak-anak berdiskusi bersama secara rutin.

Ide ini sangat bagus karena dapat membantu mengatasi kebiasaan menunda-nunda, menghilangkan kebosanan belajar sendiri, dan membuka ruang diskusi yang memungkinkan berbagai sudut pandang dari berbagai usia untuk bertukar pikiran tentang suatu topik.

Setiap orang berpotensi mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru. Namun, dalam drama SKY Castle, kita melihat Profesor Cha Min Hyuk seringkali mengambil alih percakapan, memaksakan pendapatnya, dan bersikap pilih kasih.

Idealnya, sebuah kelompok belajar yang efektif haruslah memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggotanya untuk berbicara dan bertanya, serta menumbuhkan kemampuan mendengarkan dan menghargai ide-ide yang beragam.

Tips bermanfaat lainnya adalah meminta bantuan kakak kelas. Karena mereka telah melalui pelajaran yang hampir sama dan mungkin tahu lebih banyak cara belajar, mereka mungkin bisa membuat belajar sedikit lebih menyenangkan. Ye Bin, yang mengalami masalah dalam meningkatkan levelnya, meminta bantuan Hye 1 Na, seorang siswa SMA yang menjelaskan pelajaran dengan cara yang lebih sederhana dan aktif.

2.   Dengan ujian simulasi dan latihan soal berwaktu, kemampuanmu akan berkembang

Seringkali, bukan soal ujian itu sendiri yang menjadi penghalang terbesar bagi peserta ujian, melainkan tekanan waktu yang terus berjalan dan turut menguji ketenangan mereka. Melakukan ujian simulasi dengan menggunakan timer atau batasan waktu dapat menjadi cara yang efektif untuk melatih siswa agar dapat menjawab soal dengan lebih cermat dan lebih tenang.

Selain itu, latihan ini juga bermanfaat untuk membantu mengidentifikasi area mana saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan individu. Dan yang paling penting, siswa dapat belajar bagaimana cara mengatur dan memanfaatkan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya.

Namun, perlu diingat bahwa latihan ini hanya akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang kondusif dan bebas dari tekanan. Kehadiran orang yang otoriter dan menakutkan di belakang Anda, misalnya, justru dapat mengganggu konsentrasi dan membuat latihan menjadi kontraproduktif.

3.   Jangan menyerah pada tekanan teman sebaya

Dalam kasus Ye Bin, kita melihat bagaimana ia merasa kurang diperhatikan oleh orang tuanya, akhirnya memilih jalan yang salah. Ia mulai bolos sekolah dan bahkan mencuri di toko serba ada bersama teman-temannya.

Meskipun akar masalahnya lebih kompleks daripada sekadar pemberontakan remaja, keinginan untuk diterima dan dianggap keren dalam sebuah kelompok pertemanan turut memengaruhi tindakannya. Penting untuk diingat bahwa kita tidak perlu mengkompromikan nilai-nilai yang kita yakini benar hanya demi menyesuaikan diri dengan lingkungan atau agar disukai oleh orang lain.

4.   Jangan pernah sekali pun mencontek

Di "SKY Castle," Kim Yoo Jung, seorang pelatih siswa ternama, terobsesi untuk mencapai tujuannya dengan cara yang kotor. Ia berbohong, mencontek, menyuap, dan bahkan merusak keluarga lain. Ia juga terlibat dalam kecurangan ujian Ye Suh membuatnya mendapatkan nilai sempurna secara tidak sah.

Meskipun ibunya mengetahui hal ini, ia memilih untuk bungkam demi masa depan anaknya. Namun, tindakan curang tetaplah tindakan curang, bagaimanapun juga. Keberhasilan yang sejati hanya mungkin diraih dengan kerja keras, integritas, dan semangat pantang menyerah.

5.   Meditasi yang benar, bukan manipulasi pikiran

Meditasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam proses belajar, namun harus dilakukan dengan benar, bukan dengan manipulasi. Dalam drama "SKY Castle," kita melihat salah satu metode unik yang digunakan oleh Yoo Jung adalah sesi meditasi bersama Ye Suh.

Tujuannya adalah untuk membantu Ye Suh memfokuskan pikirannya dan meningkatkan motivasinya menjelang ujian-ujian penting. Namun, di balik layar, Yoo Jung justru memanfaatkan meditasi sebagai alat manipulasi untuk mengendalikan pikiran Ye Suh dan memaksanya menuruti semua perintahnya, bahkan jika hal tersebut berarti mengorbankan orang lain.

Meditas  jika dilakukan tanpa niat jahat dan manipulasi pikiran seperti yang dilakukan Kim Yoo Jung, terbukti sangat baik untuk aktivitas belajar. Meditasi dapat membantu meredakan stres, menenangkan tubuh, mengendalikan rasa cemas, dan meningkatkan kesadaran diri.

6.   Bersainglah secara sehat, bukan bermusuhan

Persaingan yang sehat dapat memacu semangat belajar, namun persaingan yang berlebihan justru dapat berakibat buruk. Ye Suh yang pintar dan ambisius, seringkali lupa diri dan menganggap semua orang sebagai saingan. Sikap kompetitifnya yang berlebihan justru menjauhkan orang-orang dari dirinya, ia bahkan memperlakukan Hye Na dengan tidak baik, mengejek latar belakang keluarganya.

Padahal, persaingan yang sehat seharusnya tidak merusak hubungan antar manusia. Kompetisi memang bisa mendorong siswa untuk berprestasi, tapi yang lebih penting adalah menjaga sportivitas dan membangun hubungan yang baik dengan sesama.

7.   Jangan terlalu bergantung pada tutor

Ketergantungan yang berlebihan pada tutor bukanlah solusi yang tepat. Dalam drama SKY Castle, kita melihat kecenderungan yang cukup kuat di kalangan orang tua untuk menyerahkan semua tanggung jawab pendidikan anak kepada tutor.

Setiap kali nilai anak mereka menurun, tutor selalu menjadi kambing hitam, seolah-olah tidak ada faktor lain yang berpengaruh. Mereka seringkali mengabaikan aspek-aspek penting lainnya, seperti kesehatan mental dan emosional anak.

Memang, kehadiran tutor dan pelatih dapat membantu meningkatkan prestasi siswa, tetapi perlu diingat bahwa usaha dan kerja keras dari siswa itu sendiri yang paling menentukan. Dukungan dari tutor dan orang tua penting, namun harus diimbangi dengan kemandirian dan tanggung jawab individu dalam proses pembelajaran.

8.   Obsesi orang tua terhadap kesuksesan anak dapat berakibat buruk

Orang tua hendaknya tidak bersikap obsesif dan memaksakan kehendak agar anak-anak mereka selalu menjadi yang terbaik di sekolah. Cha Min Hyuk, contohnya, adalah sosok ayah yang diktator. Ia memiliki keyakinan kuat bahwa kedua anak kembar laki-lakinya, Seo Joon dan Ki Joon, harus selalu berada di puncak  kesuksesan.

Namun, sikap dan perilakunya sebenarnya lebih didorong oleh keinginan untuk menutupi latar belakangnya yang sederhana, kegagalan-kegagalan yang pernah ia alami, serta rasa tidak aman yang ia rasakan dalam hidupnya.

Kabar baiknya, kedua anaknya memiliki ibu yang penuh pengertian, Seung Hye. Ia akhirnya berani melawan suaminya dan menuntut agar anak-anak mereka dibebaskan dari tekanan dan cara didik yang terlalu keras dan membekap.

9.   Nilai dan pengakuan bukanlah segalanya

Nilai dan pengakuan akademis bukanlah satu-satunya tolok ukur kesuksesan. Se Ri, adik dari anak kembar tersebut, menawarkan perspektif yang berbeda mengenai arti sebuah keberhasilan. Awalnya, ia berpura-pura kuliah di Harvard demi memenuhi ekspektasi orang tuanya. Namun, pada akhirnya, ia memilih untuk jujur pada dirinya sendiri, menemukan jati dirinya yang sebenarnya, dan mengejar apa yang sungguh-sungguh ia inginkan dalam hidup.

Meskipun mungkin tidak semua orang tua akan sependapat dengan pilihan Se Ri, namun sangatlah penting untuk mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anak-anak. Seperti halnya pelajaran yang telah disebutkan sebelumnya, orang tua sebaiknya tidak memaksakan impian dan keinginan mereka sendiri pada anak-anak.

10.  Belajar itu berbeda dengan menimba ilmu

Meraih nilai tinggi dan memiliki segudang prestasi akademis tidak serta merta menjamin kesuksesan sejati. SKY Castle mengingatkan kita bahwa belajar dan menimba ilmu adalah dua hal yang berbeda. Resume yang gemilang memang dapat membuka pintu kesempatan kerja dan memberikan keunggulan kompetitif, namun semua itu akan sia-sia jika seseorang tidak memiliki integritas dan justru terjerumus dalam tindakan tidak jujur dan korupsi.

Kehidupan di luar sekolah jauh lebih luas dan kompleks, dan SKY Castle dengan tegas menyampaikan pesan bahwa dunia ini lebih membutuhkan orang-orang yang berhati baik dan bermoral luhur daripada sekadar nilai-nilai akademik yang tinggi.

Nah, itulah pelajaran hidup dan tips belajar cerdas yang diambil dari drama Sky Castle. Semoga bermanfaat!