Makna Ramadhan Untuk Membakar Dosa Umat Islam

Ilustrasi Ramadhan
Sumber :
  • Istimewa / VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Penulis: Ustad Faisol Aziz. Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Banyuwangi.

Dalam Kamus Bahasa Arab Mu’jam Al-Wasith (2011), arti asal Ramadan adalah panas membakar (ramidha - yarmadhu).

Ramadan bermakna simbolik bahwa Allah SWT akan membakar dosa-dosa hamba-Nya yang beriman dan taat pada perintah-Nya.

 

Dikisahkan juga bahwa di masa silam, orang-orang Arab memberi nama bulan komariah berdasarkan keadaan di bulan tersebut.

 

Karena Ramadan selalu bertepatan dengan masa panas dan terik matahari, terutama bagi pejalan kaki di padang pasir, maka orang Arab menamakan bulan itu sebagai Ramadan.

 

Ilustrasi Pertama:

 

Tanah liat dan bahan2 lainnya -àproses pembakaran -àtembikar, batu bata, genteng, dan lain-lain.

 

Hasil proses pembakaran tidak seluruhnya bagus. Kadang menghasilkan produk dengan kualitas nomor satu, ada yang & kurang matang.

 

Sehingga harus dibakar ulang, ada juga yg rusak dan akhirnya terbuang.

 

Ilustrasi Kedua:

 

Adonan tepung (dan bahan-bahan lain) -àpembakaran/oven -à roti. Roti yang bagus dan lezat dihasilkan dari bahan baku yang bagus dan juga proses pematangan/oven yang sempurna.

 

Tidak mungkin didapatkan roti kualitas nomor satu, jika bahannya dari tepung dan bahan baku yang sudah rusak, berbau dan expired misalnya.

 

Kualitas iman yg baik -àproses ramadhan -àkualitas ketaqwaan yang baik.

 

Maka untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan Allah memerintahkan puasa, la’allakum tattaquun (agar kalian bertakwa), diperlukan bahan dasar yang baik, keimanan yang baik.

 

Oleh karenanya Allah memerintahkan puasa bagi orang-orang yang beriman.

 

“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian puasa…”

 

Keimanan itu menjadi prasyarat bagi orang-orang yang menginginkan hasil yang baik dari proses “pembakaran” Ramadhan.

 

Tanpa iman, Ramadhan hanya menjadi proses formalitas yang tidak menghasilkan sesuai yang diharapkan.

 

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)

 

Lalu, pertanyaannya : Bagaimana cara meningkatkan keimanan?

 

Syaikh Prof. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah di dalam kitabnya Asbab

 

Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi menyebutkan setidaknya terdapat tiga cara dahsyat dalam meningkatkan keimanan.

 

1. Mempelajari ilmu yang bermanfaat, di antaranya adalah membaca Al-Qur`an dan mentadaburinya, mempelajari nama dan sifat Allah Ta’ala, memperhatikan keindahan agama Islam, membaca sirah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan membaca sirah Salafush Shaleh.

 

2. Memperhatikan ayat-ayat Allah yang kauniyyah (tanda atau wujud yang diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk, benda, kejadian, peristiwa, dan segala hal lain yang ada di alam yang menunjukkan kebesaran Allah SWT)

 

3. Bersungguh-sungguh dalam beramal shaleh, baik dengan hati, lisan, maupun anggota tubuh lahiriyah, termasuk berdakwah di jalan Allah Ta’ala dan menjauhi sebab-sebab yang mengurangi keimanan.