Cerita Petualangan Pemancing Sidat: Dari Menghadapi Makhluk Halus hingga Tersesat di Hutan Bakau

ilustrasi (foto, Istimewa)
Sumber :
  • jumroini subhan / Viva Banyuwangi

Banyuwangi, Viva, Banyuwangi - Menjadi seorang pemburu ikan Sidat atau yang dikenal sebagai ikan Oling atau sidat oleh masyarakat Banyuwangi bukanlah hal yang mudah. Untuk mendapatkannya, para pemburu menggunakan teknik memancing, seperti melakukan ritual sebelum mulai memancing.

Uny Saputra (52), warga Dusun Krajan Desa Tampo Kecamatan Cluring, adalah salah satu pemancing ikan Sidat. Ia biasanya melakukannya pada malam hari. Uny melakukannya tidak sendirian, melainkan dalam kelompok yang diberi nama Semut Gatel, terdiri dari 30 orang.

Mereka melakukan perburuan dengan cara berkelompok, dengan mengatur lokasi dan jarak antara satu pemancing dengan yang lain minimal 30 meter.

Menggunakan cacing tanah dan kepiting kecil air tawar sebagai umpan, mereka memulai perjalanan ke sungai pada pukul 17.00 hingga larut malam. Sungai yang mereka pilih biasanya sungai besar yang jarang dikunjungi orang.

"Kami pergi ke sungai saat sore hari dan pulang saat tengah malam bahkan sampai dini hari. Setiba di lokasi, kami berpencar dan menjaga jarak minimal 30 meter dengan rekan lain. Ketika waktunya pulang tiba, kami berkumpul di tempat yang telah kami sepakati, lalu pulang bersama-sama," jelas Uny Saputra

Selain membawa umpan dan peralatan pancing, mereka juga mempersiapkan senter dan bekal. Secara unik, ada anggota yang membawa dupa untuk melakukan ritual berdoa agar ikan sidat mendekat.

"Beberapa anggota kami membawa dupa untuk sarana memanggil ikan Sidat, tapi tidak selalu setiap kali kami pergi memancing. Hanya sesekali jika merasa hari itu adalah hari yang baik," tambahnya.

Uny terus bercerita, "Selama memancing, ada rekan-rekan yang pernah merasakan sentuhan atau diganggu oleh makhluk halus.

Seperti cerita Suwarik (49), waktu itu sedang memancing bersama saya. Tiba-tiba, ada yang memegang belakang lehernya. Suwarik segera mengemas peralatan pancingnya dan bergeser ke tempat lain, tidak lama kemudian kami bergegas pulang bersama." Uny tersenyum saat menceritakan kejadian tersebut.

Uny juga mengungkapkan bahwa selain berhadapan makhluk tak kasat mata, rekan-rekannya pernah tersesat saat pulang. Seorang anggota Semut Gatel pernah kehilangan kontak saat memancing di sungai yang berdekatan dengan laut di Banyuwangi Selatan.

Sugi (57), salah satu anggota Semut Gatel, kehilangan kontak selama dua hari saat berburu ikan Sidat dengan teknik memancing. Saat itu, Sugi berpisah dengan enam rekan lainnya di lokasi sungai yang dekat dengan muara di wilayah Banyuwangi Selatan. Konon, hutan bakau di sekitar lokasi tersebut dianggap angker menurut cerita masyarakat sekitar.

Setelah tiba di lokasi, mereka berpencar seperti biasa. Namun, karena lokasinya dekat dengan hutan bakau yang rapat, meskipun jarak antara mereka tidak terlalu jauh, pada malam hari mereka sulit melihat rekan-rekan karena pandangan terhalang.

Tiba-tiba, air laut mulai pasang dan sungai mulai meluap ketika mereka sedang menunggu ikan Sidat menggigit umpan. Dalam kepanikan, semua orang berkumpul dan bersiap untuk pulang. Namun, Sugi tidak kunjung datang. Setelah menunggu beberapa menit, rekan-rekan memutuskan untuk mencarinya dengan berbagi jalur dan berpencar.

"Setelah menunggu beberapa menit di tempat awal sebelum kami berpisah, Sugi tidak muncul. Kami segera mencari dengan berbagi jalur dan berpencar. Ada salah satu teman yang mengenal daerah tersebut, jadi kami meminta bantuan darinya untuk memandu," ungkap Uny.

Sugi akhirnya ditemukan setelah dua hari, dalam kondisi lemah. Setelah pulih, Sugi menceritakan alasan tersesatnya.

Ternyata, Sugi tersesat karena ia melihat jalan yang diyakini sebagai jalan kembali ke tempat awal sebelum berpisah. Namun, jalan tersebut ternyata hanya ilusi dan Sugi tanpa sadar memasuki hutan bakau tanpa ada jalan yang jelas, sehingga ia hanya berputar-putar di dalam hutan seperti orang yang bingung.

"Saya melihat jalan setapak di dalam hutan bakau yang saya kira akan membawa saya kembali ke lokasi awal untuk berkumpul saat pulang. Namun, pada kenyataannya, saya hanya tersesat di tengah hutan bakau. Akhirnya, saya ditemukan oleh dua rekan saya yang telah mencari saya sejak semalam. Baru saat itu saya menyadari bahwa saya tersesat," cerita Sugi.

Tim Semut Gatel telah terbentuk selama hampir dua tahun dan tetap kompak hingga saat ini. Namun, tidak semua anggota ikut dalam setiap perburuan karena kesibukan masing-masing.