Kelezatan Kuliner Lhokseumawe yang Nempel di Lidah Seperti Kenangan Mantan

Kuliner Tradisional Lhokseumawe: Warisan Leluhur yang Tak Lekang
Sumber :
  • gotravelly

Kuliner, VIVA Banyuwangi –Lhokseumawe, kota di pesisir Aceh, terkenal bukan hanya karena keindahan alam dan sejarahnya, tetapi juga karena kuliner tradisionalnya yang khas dan masih eksis hingga kini.

Beragam kuliner ini mencakup makanan utama, jajanan, kudapan, hingga minuman yang kental dengan cita rasa Aceh.

Dengan daya tariknya, kuliner tradisional Lhokseumawe bukan hanya mencerminkan kekayaan budaya lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata kuliner bagi pengunjung dari dalam dan luar negeri.

Warisan Kuliner dari Generasi ke Generasi

Kuliner tradisional Lhokseumawe tidak sekadar bertahan, tetapi juga diwariskan turun-temurun sebagai identitas budaya masyarakat.

Beberapa makanan khas seperti keumamah, kuah pliek u, dan sie reuboh telah menjadi ikon kuliner yang mengangkat citra Aceh.

"Kuliner tradisional Aceh seperti keumamah dan sie reuboh ini memiliki cerita panjang, bukan hanya soal rasa, tapi juga filosofi dan sejarah," 

Keumamah dan Sie Reuboh: Kuliner Kaya Rasa dan Sejarah

Makanan yang paling menonjol dari Lhokseumawe adalah keumamah, hidangan berbahan dasar ikan tongkol yang diolah dengan rempah-rempah khas Aceh.

Proses pembuatannya cukup unik, di mana ikan dikeringkan hingga keras, lalu dimasak kembali dengan bumbu-bumbu.

Rasanya yang gurih dan khas menjadi salah satu alasan mengapa makanan ini tetap populer.

Selain keumamah, ada pula sie reuboh, hidangan daging rebus yang disajikan dengan kuah kaya rempah.

Uniknya, proses pengawetannya tanpa bahan pengawet kimia menjadikan makanan ini tahan lama.

Hal ini sangat cocok dengan kondisi Aceh masa lalu yang memerlukan makanan tahan lama dalam perjalanan.

Kini, sie reuboh banyak dijumpai di berbagai rumah makan dan menjadi favorit wisatawan yang ingin mencicipi kelezatan tradisional Aceh.

Camilan Tradisional Lhokseumawe yang Selalu Dicari

Tak hanya makanan berat, camilan tradisional dari Lhokseumawe juga menawarkan sensasi rasa yang tak kalah menarik.

Adalah boh rom-rom, kudapan yang terbuat dari ketan dengan isian gula aren, kemudian digoreng.

Tekstur yang lembut berpadu dengan manisnya gula aren membuat boh rom-rom menjadi favorit banyak orang.

Selain itu, ada pula bhoi, kue berbentuk ikan yang terbuat dari tepung beras dan gula.

“Kue bhoi ini bukan sekadar camilan, tapi juga simbol harapan masyarakat Aceh akan keberlimpahan hasil laut,” ujar seorang pengusaha kuliner tradisional Lhokseumawe.

Potensi Minuman Tradisional Lhokseumawe

Minuman khas Lhokseumawe juga memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satunya adalah kopi sanger, yang mirip dengan kopi susu tetapi dengan takaran kopi yang lebih kental.

Minuman ini telah menjadi bagian dari budaya ngopi di Aceh, di mana masyarakat sering menghabiskan waktu di kedai kopi untuk berdiskusi.

Ada juga teh tarik Aceh yang menjadi favorit karena proses pembuatannya yang unik.

Kedua minuman ini kini banyak dijual di kedai-kedai kopi di Lhokseumawe dan menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana khas Aceh.

Eksistensi Kuliner Tradisional di Tengah Serbuan Makanan Modern

Keberadaan kuliner tradisional di Lhokseumawe tak lepas dari peran masyarakat yang masih menjaga dan melestarikan resep-resep asli.

Di tengah tren kuliner modern yang cepat berubah, kuliner tradisional ini tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat.

Banyak warga yang merasa bangga karena kuliner tradisional mereka masih bisa dinikmati oleh generasi muda dan wisatawan.

“Kita harus melestarikan kuliner tradisional ini, supaya generasi muda tahu dan bisa merasakannya.”

Potensi Ekonomi Kuliner Tradisional Lhokseumawe

Tak dapat dipungkiri, kuliner tradisional di Lhokseumawe juga memiliki potensi ekonomi yang besar.

Banyak usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bergerak di sektor kuliner tradisional ini, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. 

Tantangan dan Harapan Masa Depan

Meskipun kuliner tradisional Lhokseumawe masih eksis, tetap ada tantangan yang dihadapi, seperti bahan baku yang semakin sulit didapatkan dan generasi muda yang kurang tertarik untuk mengolah masakan tradisional.

Oleh karena itu, beberapa komunitas dan pemerintah daerah mulai menggalakkan program pelatihan untuk memperkenalkan dan mengajari generasi muda tentang cara memasak makanan khas Aceh.

“Harapan kami, kuliner tradisional ini tidak hanya dikenal, tapi juga diteruskan oleh generasi muda,” ujar seorang anggota komunitas kuliner di Lhokseumawe.

Menjaga Eksistensi Kuliner Tradisional dengan Inovasi

Untuk memastikan kelangsungan hidup kuliner tradisional, beberapa pengusaha mulai melakukan inovasi dalam penyajian dan pengemasan agar lebih menarik bagi generasi muda.

Adalah dengan mengemas sie reuboh dalam kemasan modern yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh.

Selain itu, minuman seperti kopi sanger juga mulai dikemas dalam bentuk botol siap minum yang bisa dinikmati kapan saja.

Inovasi ini diharapkan dapat membantu menjaga eksistensi kuliner tradisional Lhokseumawe agar tetap relevan di era modern.

Kuliner tradisional Lhokseumawe tidak hanya menawarkan kelezatan, tetapi juga cerita dan sejarah panjang masyarakat Aceh.

Dengan daya tariknya yang unik, kuliner ini menjadi bagian dari kekayaan budaya yang patut dipertahankan.

Dari makanan utama, camilan, hingga minuman, kuliner tradisional Lhokseumawe terus eksis dan mampu bersaing di tengah tren kuliner modern.

Ke depannya, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat terus berkolaborasi dalam menjaga dan mengembangkan potensi kuliner ini agar tetap menjadi kebanggaan masyarakat Aceh dan daya tarik bagi wisatawan.