Ritual Petik Laut, Tradisi Ungkapan Rasa Syukur Nelayan Muncar
Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Masyarakat nelayan di kawasan pesisir Pantai Muncar menggelar tradisi tahunan ritual petik laut, Rabu (2/8). Ritual ini diadakan pada setiap tanggal 15 Suro dalam kalender Jawa atau 15 Muharram dalam kalender Islam.
Ketua Panitia Petik Laut Muncar 2023, Sihat SE mengatakan, ritual petik laut merupakan tradisi turun temurun yang selalu dilakukan oleh masyarakat nelayan di kawasan pesisir Pantai Muncar sejak tahun 1901. Tradisi ini merupakan wujud ungkapan rasa syukur para nelayan pada Tuhan atas rezeki hasil tangkapan yang melimpah sepanjang tahun.
“Petik laut akan selalu dilaksanakan setiap tahun, apapun yang terjadi,” tambah Sihat.
Puncak acara ritual petik laut ditandai dengan prosesi larung sesaji ke tengah laut lepas. Persembahan yang akan dilarung diletakkan dalam sebuah perahu kecil berukuran sekitar 2 meter yang biasa disebut githik oleh masyarakat setempat. Sebelum dilarung ke laut, sesaji yang berada dalam githik tersebut lebih dulu diarak mengelilingi kampung menuju ke Pelabuhan Muncar.
Puluhan perahu yang telah dihias dengan beraneka aksesoris tampak berbaris rapi di kawasan perairan Pelabuhan Muncar, menunggu prosesi ritual dilangsungkan. Ribuan warga dari berbagai lapisan juga terlihat telah memadati area pelabuhan untuk ikut naik perahu mengantar pelarungan sesaji menuju Plewangan yang berada sekitar Selat Bali, di dekat Semenanjung Sembulungan.
Setelah berada di tengah laut, pawang petik laut akan memanjatkan doa dan prosesi larung sesaji ke Plewangan dengan diiringi sholawat dari sejumlah nelayan. Kemudian prosesi ritual dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sayid Yusuf yang berada di Sembulungan dan diakhiri dengan selamatan dan doa bersama.