Anak anak Mengisi Libur Sekolah dengan Pengorbanan

Anak anak Mengisi Libur Sekolah dengan Pengorbanan
Sumber :
  • Palupi Ambarwati/ VIVA Banyuwangi

Jember, VIVA Banyuwangi –Libur panjang yang seharusnya diisi dengan kegiatan rekreasi dan hiburan oleh sebagian besar anak-anak, justru dimanfaatkan oleh ratusan anak di Jember untuk mengikuti sunatan masal. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung SMA Negeri 1 Jember, dan diikuti oleh anak-anak dari keluarga kurang mampu yang memilih untuk tidak berlibur, melainkan menjalani prosedur sunat yang tentu saja membawa rasa sakit.

Tangis histeris pun pecah saat anak-anak yang ikut serta dalam acara sunatan masal itu menerima suntikan sebagai bagian dari proses sebelum disunat. Terlihat betapa anak-anak yang awalnya berjanji untuk tidak menangis, akhirnya tak mampu menahan rasa sakit yang mereka rasakan.

Salah seorang peserta, Ahmad Faris, mengungkapkan, "Saya senang ikut sunatan masal ini. Tidak ada liburan atau rekreasi, tapi ini adalah cara kami mengisi waktu libur dengan kegiatan yang penting."

Namun, meskipun anak-anak tersebut berjanji tidak akan menangis, kenyataannya mereka tak kuasa menahan rasa sakit saat disuntik. Mubaroq, salah seorang peserta lainnya, mengungkapkan, "Saya berjanji tidak akan menangis, tapi ternyata saya kesakitan saat disuntik, jadi saya tidak bisa menahan air mata."

Kegiatan sunatan masal ini memang menjadi pilihan bagi anak-anak dari keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi. Mereka tidak dapat menikmati liburan seperti teman-teman sebayanya yang dapat pergi berwisata. Sebagai gantinya, mereka memilih untuk menjalani prosedur sunat yang dianggap sebagai bagian dari tradisi dan kewajiban.

Bagi para orang tua, kegiatan ini juga menjadi pilihan praktis di tengah keterbatasan ekonomi. Untuk mengalihkan perhatian anak-anak yang mulai menangis, orang tua pun memberikan mereka ponsel untuk menonton film kartun atau lagu-lagu bernuansa rohani agar anak-anak sedikit terhibur dan tenang.

Meskipun penuh dengan tangis dan kesakitan, banyak dari anak-anak ini yang menganggap kegiatan sunatan masal sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka, meski harus dijalani dengan pengorbanan.