Desa Lumbung Air Kekeringan di Wongsorejo, Kemarau Panjang dan Perbaikan Irigasi Jadi Biang Keladi

Daerah Irigasi Bajulmati yang dikeringkan karena perbaikan
Sumber :
  • Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Musim kemarau yang berkepanjangan di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memicu krisis air bersih yang tak terhindarkan.

Terlebih, terhentinya pasokan air irigasi akibat perbaikan saluran Sungai Bajulmati selama hampir dua bulan turut memperparah kondisi ini.

“Saluran irigasi itu kan mengalir ke sawah. Saat di sawah, air akan meresap ke tanah dan bisa menambah sumber air, ujar Jumadi, seorang warga Desa Sidodadi.

Desa Lumbung Air Kini Kering

Dua desa di Kecamatan Wongsorejo, yakni Desa Bajulmati dan Sidodadi, yang sebelumnya dikenal sebagai desa lumbung air bersih, kini juga merasakan dampak buruk dari krisis air.

Sebulan terakhir, warga di kedua desa ini mengalami kesulitan mendapatkan air bersih melalui sumur tanah mereka.

Pasokan air yang biasanya mencukupi kebutuhan sehari-hari kini sering kali tak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

“Saat kemarau seperti ini dan tidak ada air yang mengaliri sawah, secara otomatis ada dua pasokan air yang terhenti dari resapan air persawahan dan air hujan,” tambah Jumadi.

Kemarau panjang yang mengeringkan sumber air tanah diikuti penghentian sementara aliran air irigasi menjadi kombinasi yang memukul kondisi warga.

Menunggu Air di Sumur yang Tak Pasti

Dalam upaya mengatasi kekurangan air, warga setempat kini terpaksa mengandalkan pasokan yang terbatas dari sumur-sumur mereka.

Namun, ketersediaan air dalam sumur sering kali tidak stabil. Air bisa berhenti mengalir beberapa kali dalam sehari, membuat warga harus menunggu dan menampung air ketika debitnya meningkat.

Salah satu cara yang ditempuh warga untuk mengantisipasi ketidakpastian ini adalah dengan menampung air dalam berbagai wadah ketika persediaan mencukupi.

“Ketersediaan air bisa tiba-tiba habis sewaktu-waktu, jadi kami harus berinisiatif menampung air,” ujar warga Desa Bajulmati Nur Aini.

Pemerintah dan BPBD Turun Tangan

Menyadari kondisi yang semakin mengkhawatirkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi bersama pemerintah desa setempat segera turun tangan.

Mereka mengambil langkah cepat dengan menyediakan persediaan air bersih untuk warga terdampak.

Sidiq Wibisono, Kepala Desa Sidodadi, menyatakan bahwa BPBD telah mengirimkan bantuan air bersih langsung kepada warga.

“Barusan BPBD dari kantor desa, tapi jumlah persediaan air masih cukup banyak. Kemudian kami lakukan jemput bola,” tutur Sidiq Wibisono.

Bantuan air tersebut diutamakan untuk warga di titik-titik terdampak paling parah, seperti Dusun Curahsawo dan Dusun Krajan, serta wilayah lainnya di Desa Sidodadi.

“Masyarakat itu rata-rata petani dan buruh, jadi saat mereka kembali ke rumah, bantuan air sudah disiapkan di tempat-tempat penampungan,” tambahnya.

Sidiq juga mengungkapkan bahwa respon warga cukup positif. “Alhamdulillah banyak warga yang antusias menyiapkan tempat untuk penampungan air,” ungkapnya.

Desa Bajulmati Berjuang dengan Keterbatasan

Kondisi serupa juga dirasakan warga Desa Bajulmati. Ahmad Thoha, Kepala Desa Bajulmati, menyampaikan bahwa meski beberapa sumur di wilayahnya mulai kering, usaha menggali sumur baru mulai menunjukkan hasil.

“Kalau Bajulmati, yang kering itu sawahnya dan sebagian sumur ada yang mengering, tapi setelah digali sumber, alhamdulillah sudah mulai mengalir lagi,” jelas Thoha.

Upaya tersebut cukup membantu warga dalam menghadapi krisis air yang terjadi.

Ahmad Thoha juga menyatakan harapannya agar kondisi ini segera teratasi.

“Insya Allah, air akan segera kembali mengalir normal,” tuturnya. Meski begitu, ia menyarankan agar bantuan air lebih diutamakan kepada desa lain yang lebih membutuhkan dibandingkan Bajulmati, mengingat kondisi di desa lain masih sangat memprihatinkan.

Dampak Kemarau dan Kehilangan Irigasi Terasa di Seluruh Wilayah

Krisis air yang melanda Kecamatan Wongsorejo menunjukkan dampak serius dari fenomena kemarau panjang yang diikuti dengan perbaikan saluran irigasi.

Seperti yang diungkapkan oleh warga dan perangkat desa setempat, air irigasi yang biasanya membantu meningkatkan cadangan air tanah melalui resapan kini berhenti.

Dampaknya, sumber air yang selama ini diandalkan oleh warga menjadi kering dan tidak mampu memenuhi kebutuhan harian mereka.

“Titik-titiknya tersebar di seluruh wilayah Sidodadi,” kata Sidiq, mengindikasikan bahwa dampak kekeringan terasa di seluruh penjuru desa.

Bagi sebagian besar warga yang bergantung pada sektor pertanian, situasi ini menjadi tantangan serius, mengingat air juga sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pertanian mereka.