Menguak Misteri Makam Mahligai: Jejak Peradaban Islam di Tepi Samudera Hindia

Menguak Misteri Makam Mahligai
Sumber :
  • kanal aceh

Wisata, VIVA Banyuwangi –Barus, sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, dikenal sebagai salah satu titik penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Kompleks Makam Mahligai, yang terletak di puncak bukit Barus, menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah peradaban Islam yang masuk melalui perdagangan rempah-rempah di wilayah ini. Sejarah, potensi wisata, dan kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya menjadikan Barus sebagai destinasi istimewa bagi pelancong dan pecinta sejarah.

Sejarah dan Legenda Makam Mahligai

Kompleks ini dikenal sebagai tempat peristirahatan terakhir para penyebar agama Islam dari abad ke-7 hingga ke-10. Berdasarkan penelitian arkeologi, makam ini dihuni oleh tokoh besar seperti Syekh Rukunuddin, murid Syekh Mahmud, yang dikenal dengan ajaran tauhidnya. Ukuran makam yang panjang, mencapai tujuh meter, dan nisan yang dihiasi ukiran Arab Kuno menunjukkan hubungan kuat antara Barus dan dunia Islam, termasuk Persia dan India​

Selain itu, Barus dikenal sebagai pelabuhan utama pada zaman kuno yang ramai disinggahi pedagang dari India, Arab, Cina, dan Eropa. Barang dagangan seperti kapur barus, pala, dan cengkeh menjadi daya tarik utama yang membawa banyak bangsa ke wilayah ini​
 

 

Potensi Wisata Sejarah dan Religi

Makam Mahligai tidak hanya menjadi objek wisata religi, tetapi juga simbol pertemuan budaya lintas bangsa. Wisatawan dapat menikmati pemandangan indah dari ketinggian bukit, menyusuri jejak sejarah melalui nisan-nisan yang sarat akan kisah, serta merasakan ketenangan spiritual di tempat ini.

Potensi lain yang menjanjikan adalah pengembangan Barus sebagai Titik Nol Peradaban Islam Nusantara, sebagaimana dideklarasikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2017. Hal ini memperkuat posisi Barus sebagai ikon wisata sejarah di Indonesia dan dunia Islam​

 

 

Informasi Lengkap untuk Pengunjung

Makam Mahligai dapat diakses melalui perjalanan darat dari Kota Medan dengan durasi sekitar 10 jam. Kompleks ini juga dekat dengan situs-situs penting lainnya, seperti Lobu Tua yang menjadi pusat perdagangan pada masa lampau, dan Makam Papan Tinggi yang merupakan tempat peristirahatan Syekh Mahmud.

Pengelolaan kawasan ini telah ditingkatkan untuk menarik lebih banyak wisatawan, namun perlu perawatan lebih lanjut untuk menjaga keaslian dan kelestarian cagar budaya tersebut​

 

 

Menghidupkan Warisan untuk Generasi Muda

Menghidupkan kembali warisan sejarah ini melalui program wisata edukasi menjadi peluang besar. Selain meningkatkan minat kunjungan, generasi muda dapat mempelajari lebih dalam tentang sejarah Nusantara dan peran Barus sebagai pusat perdagangan serta penyebaran agama Islam. Sejarawan dan akademisi juga diharapkan terus menggali lebih banyak bukti dan narasi tentang peran penting Barus dalam sejarah​.

Makam Mahligai adalah lebih dari sekadar tempat ziarah; ia adalah penghubung antara masa lalu dan masa kini yang mengingatkan kita pada kekayaan sejarah Nusantara. Dengan pengelolaan yang lebih baik dan promosi yang maksimal, kawasan ini dapat menjadi daya tarik wisata berkelas dunia, sekaligus memperkuat identitas Indonesia sebagai bangsa dengan sejarah peradaban Islam yang kuat.