Basa Walikan, Slang Jawa Arek Ngalam
- https://images.app.goo.gl/f1Qx82jZqJ5i7gfJ6
Budaya, VIVA Banyuwangi – Nakam di rayab I, utapes nyelang, helom nunut, lha umak apais? Makan di bayari, Sepatu nyelang, moleh nunut, lha kamu siapa? Artinya, Makan dibayarin, Sepatu pinajm, pulang nebeng, kamu siapa? Ini merupakan bahasa walikan, slang jawa arek ngalam dengan membalik huruf dalam kata.
Secara historis, Bahasa walikan digunakan saat melawan penjajah Belanda, dipelopori oleh Suyudi Raharno seorang pejuang Gerilya Rakyat Kota (GKR). Adanya mata-mata dari pihak Belanda, menyebabkan para anggota GKR menyusun strategi agar rahasia terjaga dari para mata-mata, muncullah kemudian bahasa walikan yang digunakan sebagai sandi.
Bahasa walikan sudah menjadi identitas lokas masyarakat Malang. Bahasa ini kerap digunakan dalam komunikasi sehari-hari terutama generasi muda untuk mempererat hubungan pertemanan.
Karena menjadi sarana komunikasi dan idetintas masyarakat Malang, bahasa walikan menjadi sebuah pilar bahasa yang penting dilestarikan. Upaya pelestarian bahasa walikan sebenarnya sudah di lakukan, yaitu generasi muda yang turut mempopulerkan sebagai sebuah trend yang menyatu dalam bahasa sehari-hari seperti “Kuy” (Yuk), “Umak” (Kamu), “Ngab” (Bang).
Banyaknya mahasiswa dari berbagai daerah yang menempuh pendidikan di Kota Malang menjadi salah satu faktor penyebaran bahasa walikan di luar Malang
Beberapa masyarakat, berpendapat bahasa walikan juga mengalami tantangan dalam pelestariannya. Kebanyakan masyarakat menggunakan bahasa jawa biasa, karena penggunaan bahasa walikan membutuhkan berpikir dalam membalik hurufnya yang terkadang kurang dipahami oleh lawan bicara.
Pada dasarnya, bahasa walikan merupakan pesona budaya yang perlu mendapat apresiasi sejarah karena perkembangannya, yang mula-mula digunakan sandi untuk menghindari spionase, sekarang berkembang di kalangan generasi muda dalam komunikasi sehari-hari, serta menjadi ikon pariwisata yang biasanya tertulis di tempat umum juga kaos-kaos oleh-oleh khas Malang.