Fast Paced Life, Tapi Tetap Mau Tenang? Kenalan Sama Slow Living Si Santai Tapi Pasti
- https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/manfaat-slow-living-untuk-mental-amp-tips-melakukannya
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Di tengah hiruk pikuk kota, sepertinya hustle culture sudah menjadi “default setting” bagi generasi muda. Bangun pagi buru-buru, kerja ngebut, malam masih keburu stress karena to-do list belum selesai. Tapi, makin ke sini, makin banyak anak muda mulai menginjak rem dan melirik gaya hidup slow living. Bukan berarti malas, tapi lebih ke hidup dengan ritme yang manusiawi dan santai.
Apa Itu Slow Living?
Slow living bukan berarti hidup lambat seperti kura-kura, tapi hidup dengan intention. Bukan cuma ngejalanin rutinitas seperti robot, tapi benar-benar sadar sama waktu, energi, dan apa yang bikin hidup bermakna.
Menurut The Art of Slow Living (Arab Thought Foundation), inti dari slow living adalah “melambat untuk hadir.” Kita diajak berhenti sejenak, refleksi, dan menyusun ulang prioritas—tanpa harus pindah ke desa atau resign kerja.
Kenapa Cocok Buat Anak Kota?
Kota identik sama kesibukan dan distraksi, tapi justru di situlah slow living jadi relevan. Mengutip dari CliniqueGO, slow living bukan berarti hidup tanpa tujuan atau jadi pasif. Sebaliknya, ini adalah upaya sadar untuk memperlambat ritme hidup agar bisa lebih hadir di setiap momen.
Gaya hidup ini mengajak kita untuk berhenti sejenak dari tekanan dunia yang serba cepat, dan mulai menikmati hal-hal sederhana yang sering kita anggap remeh dalam keseharian. Hal ini cocok untuk anak muda urban yang menerapkan slow living cenderung lebih mindful, punya kontrol emosi yang lebih baik, dan gak gampang burnout.