7 Rahasia Upacara Rambu Solo yang Bikin Turis Terpukau di Toraja
- https://indonesiakaya.com/wp-content/uploads/2020/10/upacara_rambu_solo_1200.jpg
Budaya, VIVA Banyuwangi – Pernahkah kamu membayangkan sebuah upacara pemakaman yang berlangsung berhari-hari dengan kemeriahan layaknya festival? Inilah yang terjadi di Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, dengan tradisi Rambu Solo yang telah mengakar sejak abad ke-9. Upacara ini bukan sekadar melepas kepergian seseorang, melainkan perayaan spektakuler yang menghormati perjalanan roh menuju alam baka.
Berbeda dengan pemakaman pada umumnya, Rambu Solo justru menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang penasaran dengan keunikan budaya Indonesia. Mari kita telusuri tujuh keistimewaan yang membuat upacara ini begitu memukau dan berkesan di hati siapa pun yang menyaksikannya.
1. Dimulai Saat Senja Tiba, Simbol Akhir Kehidupan Duniawi
Berbeda dengan kebanyakan upacara yang dimulai pagi hari, Rambu Solo justru dimulai ketika matahari mulai tenggelam. Waktu ini dipilih bukan tanpa alasan, senja melambangkan berakhirnya kehidupan duniawi dan dimulainya perjalanan spiritual sang almarhum menuju alam baka. Suasana magis tercipta ketika cahaya keemasan matahari berpadu dengan lantunan doa dan musik tradisional.
2. Tongkonan, Rumah Adat yang Menjadi Saksi Bisu
Sebelum prosesi dimulai, jenazah disemayamkan di Tongkonan, rumah adat Toraja yang ikonik dengan atap melengkung menyerupai perahu. Desain unik ini bukan kebetulan – bentuk perahu melambangkan kendaraan yang akan mengantarkan roh almarhum mengarungi samudra spiritual menuju tempat peristirahatan terakhir. Tongkonan juga menjadi simbol kehormatan dan status sosial keluarga dalam masyarakat Toraja.
3. Kurban Hewan, Cermin Status dan Penghormatan