Menggali Makna Tradisi Ngaben Dalam Kehidupan Masyarakat Bali

Inilah 4 fakta unik dalam mengenai tradisi ngaben.
Sumber :
  • https://unsplash.com/photos/a-group-of-men-standing-next-to-each-other-zZeRnax8Qx0

Tradisi, VIVA Banyuwangi – Upacara Ngaben/tradisi ngaben mungkin sudah menjadi istilah yang tidak asing bagi kalian. Banyak masyarakat yang tidak berasal dari Pulau Bali tetapi mengetahui keberadaan Upacara Ngaben karena terbilang unik dan tidak lumrah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Topik ini juga masuk ke dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) saat bersekolah. Meskipun begitu, masih banyak orang menganggap bahwa Upacara Ngaben merupakan proses kremasi orang meninggal yang dilakukan secara besar-besaran. Namun pada kenyataannya jauh dari pemikiran seperti itu. Upacara Ngaben lebih dari sekadar membakar mayat saja.

Tradisi Malam Satu Suro di Yogyakarta dan Surakarta, Bisa Jadi Referensi Wisatamu!

Tradisi Ngaben sudah ada sejak zaman kuno dan merupakan bagian dari ajaran Hindu Dharma yang berkembang di Bali. Upacara ini berasal dari kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal harus dibebaskan dari ikatan duniawi agar dapat kembali ke Sang Pencipta dan menjalani proses reinkarnasi.

Ngaben juga berakar pada konsep ajaran kitab Weda, terutama dalam kitab suci yang menjelaskan pentingnya penyucian roh melalui api. Ritual ini dipengaruhi oleh kebudayaan India yang dibawa oleh para pendeta Hindu ke Nusantara berabad-abad lalu. Seiring berjalannya waktu tradisi ini berkembang dengan unsur budaya lokal Bali, menjadikannya lebih khas dengan berbagai prosesi adat yang sangat unik.

15 Tradisi Perayaan Idul Adha di Berbagai Daerah Indonesia, Grebeg Gunungan Hingga Mepe Kasur

Pada dasarnya upacara ngaben merupakan ritual yang dipercaya oleh masyarakat Pulau Dewata untuk mengembalikan roh orang yang sudah meninggal kembali ke alam asalnya dengan lebih cepat dibandingkan dengan penguburan biasa lewat tanah. Berdasarkan etimologi, kata “ngaben” sendiri konon berasal dari kata “ngabu” yang bisa diartikan sebagai “menjadi abu”. Hal ini tentunya sesuai dengan prinsip dasar upacara ngaben, di mana mayat seseorang akan dibakar sampai tidak tersisa apapun dari badannya dan hingga menjadi abu.

Masyarakat Pulau Bali yang mayoritas merupakan beragama Hindu, punya kepercayaan bahwa terdapat 5 komponen untuk membentuk badan manusia. 5 komponen ini disebut juga dengan istilah “Panca Maha Bhuta” atau dalam istilah modern lebih dikenal dengan sebutan “elemen klasik”. Kelima komponen Panca Maha Bhuta ini adalah pertiwi atau zat padat, apah atau zat cair, teja atau zat panas, bayu atau angin, dan akasa atau ruang hampa.

Sejarah dan Makna Kirab Kebo Bule, Tradisi Yang Diadakan Di Keraton Surakarta

Kelima komponen tersebut jika menjadi satu akan membentuk tubuh manusia yang nantinya akan diisi oleh sebuah roh atau disebut dengan istilah “Atma” dalam kepercayaan Hindu. Ketika seseorang meninggal dunia, Atma yang dimiliki seseorang masih akan tersimpan di dalam tubuh seseorang. Dengan melakukan upacara ngaben ini yang diadakan oleh masyarakat dengan bertujuan untuk membebaskan Atma yang belum bisa keluar dari tubuh mereka, agar bisa kembali ke Yang Maha Kuasa.

Setelah itu Atma yang telah berpulang ke Yang Maha Kuasa, dipercaya oleh umat Hindu akan bereinkarnasi suatu saat nanti. Tidak sedikit anggota keluarga atau kerabat orang yang sudah meninggal ini berharap bahwa mereka bisa bertemu kembali dengan sosok ini di kehidupan selanjutnya.

Halaman Selanjutnya
img_title