5 Misteri Ngarak Tujuh, Tradisi Kepualauan Seribu yang Kini Nyaris Punah!
- https://pulauseribu.co.id/wp-content/uploads/travel-pulau-harapan-jakarta.jpg
Budaya, VIVA Banyuwangi – Di tengah birunya laut Kepulauan Seribu, tersimpan sebuah tradisi sakral yang kini hanya tinggal kenangan. Ngarak Tujuh, ritual tolak bala yang dilakukan nelayan Pulau Kelapa dengan berarak ke tujuh titik sambil melantunkan azan, kini hampir lenyap dari muka bumi. Tradisi ini dulunya dilakukan setiap bulan Safar, dimana orang-orang berkumpul kemudian berarak ke tujuh titik untuk berdoa dan melantunkan azan.
Ironisnya, di era yang mengklaim melestarikan budaya, justru tradisi berharga ini terancam hilang selamanya. Kini, hanya segelintir sesepuh yang masih mengingat bagaimana sakralnya prosesi Ngarak Tujuh yang pernah menjadi jantung kehidupan spiritual masyarakat nelayan Pulau Kelapa.
1. Prosesi Sakral di Tujuh Titik Bersejarah
Ngarak Tujuh bukan sekadar tradisi biasa, melainkan ritual yang melibatkan perjalanan spiritual ke tujuh lokasi suci di Pulau Kelapa. Setiap titik memiliki makna dan fungsi khusus dalam sistem kepercayaan masyarakat nelayan setempat, mencerminkan hubungan mendalam antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.
Prosesi dimulai dengan berkumpulnya seluruh anggota komunitas nelayan, kemudian berjalan bersama mengunjungi setiap titik secara berurutan. Di setiap lokasi, mereka melantunkan azan sebagai bentuk doa dan permohonan perlindungan. Ritual ini bukan hanya upacara keagamaan, tetapi juga momen penyatuan komunitas yang memperkuat ikatan sosial antar warga.
2. Lantunan Azan yang Menggema di Lautan
Yang membuat Ngarak Tujuh unik adalah penggunaan azan sebagai inti dari ritual tolak bala. Berbeda dengan tradisi tolak bala lainnya yang menggunakan mantra atau doa khusus, masyarakat Pulau Kelapa memilih azan sebagai medium spiritual mereka. Lantunan azan yang bergema di setiap titik dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir bala dan mendatangkan berkah.