Tradisi Malam Satu Suro di Yogyakarta dan Surakarta, Bisa Jadi Referensi Wisatamu!

Mubeng Beteng, Salah Satu Tradisi Malam Suro di Yogyakarta
Sumber :
  • https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/mubeng-beteng-karatan-ngayogyakarta-hadiningra

Tradisi, VIVA Banyuwangi – Tradisi malam Satu Suro menjadi sebuah adat sakral yang masih dipercaya masyarakat Jawa, terutama Yogyakarta dan Surakarta. Tanggal satu Suro merupakan penanda tahun baru di penanggalan Jawa, yang bertepatan juga dengan tanggal satu Muharram di kalender Hijriyah (tahun baru Islam).

Tradisi Malam Suro yang Dibolehkan Syariat Islam

Sebagai bulan yang istimewa, masyarakat Jawa memiliki berbagai cara untuk memaknai tahun baru Saka. Peringatan tahun baru Hijriyah di Surakarta dan Yogyakarta tidak hanya sebatas laku ritual semata, tetapi sekaligus menjadi penerus tradisi kerajaan Mataram Islam.

Kini, tradisi bulan Suro juga tak hanya jadi sebuah ritual kebudayaan saja, namun juga menjadi magnet pariwisata di dua kota tersebut. Lalu, apa saja tradisi Suro yang ada Surakarta dan Yogyakarta? Ini ulasannya.

Tradisi Malam Satu Suro di Yogyakarta

1. Jamasan Pusaka

Larung Sesaji di Pantai Selatan, Tradisi Sakral Menyambut Malam Satu Suro

Jamasan Pusaka (Siraman Pusaka) jadi tradisi malam Suro yang rutin digelar Keraton Yogyakarta untuk mensucikan benda-benda pusaka yang ada seperti kereta, tosan aji (senjata), gamelan, dan lainnya. Upacara Jamasan Pusaka ini masuk ke dalam warisan budaya tak benda yang bertujuan untuk menghormati leluhur serta merawat benda bersejarah.

Umumnya, Jamasan Pusaka diselenggarakan pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon di bulan Suro (Muharram). Acara pensucian pusaka diawali dengan Jamasan Pusaka Tumbak Kanjeng Kiai Ageng Plered, kemudian dilanjutkan dengan pusaka-pusaka kuno lainnya.

Halaman Selanjutnya
img_title
Jamasan Pusaka, Tradisi Sakral Pembersihan Benda Warisan Budaya Jawa