Rempah dan Tradisi Pengobatan di Aceh, Warisan Leluhur yang Kembali Naik Daun
- https://maa.acehprov.go.id/berita/kategori/pusaka-dan-khasanah-aceh/penggunaan-rempah-dalam-pengobatan-dan-perawatan-di-aceh
Budaya, VIVA Banyuwangi – Bagi masyarakat Aceh, rempah bukan hanya soal rasa dalam masakan tapi juga bagian penting dari kehidupan sehari-hari, terutama dalam pengobatan dan perawatan tradisional. Sejak dulu, orang Aceh percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, kecuali maut. Keyakinan ini tertanam dalam pepatah lokal: “Saket tuboh na ubat, saket nyawoung hana ubat.”
Tradisi pengobatan dengan rempah sudah menjadi bagian dari budaya Aceh sejak lama. Dalam catatan sejarah, bahkan pernah berdiri perusahaan jamu PT Tenaga Tani Farma di Banda Aceh yang memproduksi obat-obatan herbal berbasis rempah lokal.
Pengobatan Tradisional: Dari Rempah Dapur hingga Ramuan Warisan
Rempah-rempah telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik pengobatan dan perawatan tradisional di Aceh. Jahe, kunyit, kayu manis, pala, jintan, daun sirih, hingga kemenyan digunakan tidak hanya sebagai pelengkap rasa dalam masakan, tetapi juga sebagai bahan utama dalam ramuan penyembuh berbagai penyakit.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998 mencatat bahwa masyarakat Aceh memanfaatkan ratusan jenis tanaman herbal untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, mulai dari penyakit kulit, saluran pernapasan, saluran kencing dan kelamin, hingga gangguan sistem pencernaan. Misalnya, kudis dan panu diobati dengan lengkuas dan minyak kemenyan, sementara batuk dan influenza ditangani dengan campuran jeruk nipis, daun sirih, dan rempah lainnya.