Antara JOMO dan FOMO, ini Kondisi yang Pas Untuk Kamu Berdasarkan Filosofi

Joy of Missing Out (JOMO) atau Fear of Missing Out (FOMO)?
Sumber :
  • Jumpstart Magazine

Gaya Hidup, VIVA BanyuwangiDi tengah arus digital yang terus memompa informasi dan ekspektasi sosial, Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu fenomena yang paling sering dirasakan. Ketakutan untuk melewatkan sesuatu mulai dari tren viral hingga momen berharga di media sosial sering kali membuat banyak orang terjebak dalam siklus kecemasan dan kelelahan.

aespa Mengguncang MMA 2024: 7 Penghargaan, 1 Malam Bersejarah!

Namun, ada alternatif menarik yang kini menjadi tren: Joy of Missing Out (JOMO). Filosofi ini mengajarkan kita untuk menemukan kebahagiaan dalam kesendirian, kesederhanaan, dan kebebasan dari tekanan sosial.

Berbeda dengan FOMO yang dipicu oleh rasa takut tertinggal, JOMO justru merayakan keputusan untuk melewatkan hal-hal yang dianggap tidak relevan atau tidak memberikan kebahagiaan sejati.

Daftar Lengkap Pemenang MelOn Music Awards 2024, aespa Bergabung dengan BTS Capai Rekor Daesang

JOMO adalah kebahagiaan yang datang dari melewatkan hal-hal yang tidak relevan atau tidak kita butuhkan.

Filosofi ini menekankan pentingnya menerima bahwa kita tidak harus selalu "ikut-ikutan." Fokus utamanya adalah pada kebahagiaan internal dan menikmati momen apa adanya, tanpa membandingkan hidup kita dengan orang lain.

Drakor Komedi Romantis 2024: Tontonan Wajib untuk Akhir Tahun!!

Misalnya, saat teman-temanmu mengunggah liburan ke Bali, kamu justru memutuskan untuk merapikan taman kecil di rumah, membaca buku, atau sekadar beristirahat sambil menonton film favorit.

JOMO memberikan kebebasan untuk mengatakan "tidak" pada ekspektasi eksternal dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil.

Mengapa Kita Mengalami FOMO?

FOMO sering dipicu oleh media sosial. Algoritma yang dirancang untuk menampilkan momen-momen terbaik orang lain membuat kita percaya bahwa semua orang menjalani kehidupan yang lebih baik dari kita.

Menurut penelitian dari Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, mereka yang FOMO memiliki kebutuhan psikologis dasar, yaitu otonomi, keterhubungan, dan kompetensi. Media sosial memberikan kesempatan untuk merasa mandiri dalam mencari informasi, menjaga hubungan sosial, dan merasa kompeten dengan mengikuti tren.

Selain itu, FOMO juga dipicu oleh ketakutan kehilangan pengalaman atau informasi penting, yang diperburuk oleh aktivitas di media sosial. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan stres ketika merasa tidak terhubung dengan interaksi sosial 

JOMO: Filosofi Hidup Tanpa Tekanan

JOMO tidak hanya tentang melewatkan aktivitas sosial, tetapi juga tentang menemukan kebahagiaan dalam pilihan sederhana. Filosofi ini mengajak kita untuk hidup lebih mindful dan hadir sepenuhnya dalam setiap momen.

Dengan JOMO, kita diajak untuk fokus pada apa yang benar-benar penting bagi kita. Berikut adalah manfaat FOMO:

1. Meningkatkan Kesehatan Mental: Tidak ada lagi tekanan untuk selalu "eksis" atau memenuhi ekspektasi orang lain.

2. Meningkatkan Produktivitas: Kamu bisa lebih fokus pada pekerjaan atau aktivitas yang memang kamu sukai.

3. Quality Time Lebih Banyak: Dengan berhenti mengejar pengakuan sosial, kamu bisa menghabiskan waktu lebih bermakna bersama orang-orang terdekat.

4. Keseimbangan Emosi: JOMO mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dan menikmati apa yang sudah dimiliki.

Cara Menerapkan JOMO di Kehidupan Sehari-Hari

1. Kurangi Penggunaan Media Sosial

Cobalah untuk membatasi waktu di media sosial. Kamu bisa mulai dengan menonaktifkan notifikasi atau menghapus aplikasi media sosial selama beberapa hari. Gunakan waktu ini untuk mengeksplorasi hobi baru atau sekadar beristirahat.

2. Praktik Awareness

Meditasi atau latihan pernapasan bisa menjadi cara efektif untuk menghubungkan diri dengan momen saat ini. Fokus pada apa yang sedang kamu lakukan, dan lepaskan kebutuhan untuk terus memantau dunia luar.

3. Cut Off Mereka yang Toxic

Lingkungan sekitar memiliki dampak besar pada kondisi mental kita. Sering kali, kita tidak menyadari bahwa kurangnya rasa syukur dapat dipengaruhi oleh lingkungan pertemanan. Oleh karena itu, penting untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan menyeleksi hubungan sosial. Jangan ragu untuk menjauh dari pergaulan yang membuat kamu merasa tidak nyaman.

4. Mensyukuri dan menerima dirimu

Rasa syukur atas apa yang kita miliki dapat memberikan pengaruh besar yang positif dalam hidup. Tanpa disadari, sikap bersyukur mampu memancarkan energi positif dalam diri. Mulailah dengan menghargai hal-hal sederhana yang sudah kita miliki, seperti kesehatan tubuh yang merupakan anugerah dari Tuhan.

5. Membuat Prioritas Hidup dan Fokus pada Prioritasmu

Cobalah untuk lebih memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin kamu capai dengan membuat prioritas hidup yang jelas, daripada merasa iri terhadap keberhasilan orang lain. Mulailah dengan merancang langkah-langkah kecil untuk mewujudkan masa depan kamu. Tetaplah fokus pada proses yang sedang dijalani, tanpa terburu-buru, dan nikmati setiap tahapan perjalanan hidup Anda. 

JOMO mengajarkan kita bahwa hidup bukan tentang "siapa yang lebih banyak melakukan sesuatu," tetapi tentang "siapa yang lebih menikmati apa yang dia lakukan."

Jadi, lain kali saat kamu melihat teman-temanmu memposting foto liburan, ingatlah bahwa kebahagiaan sejati tidak perlu ditentukan oleh jumlah likes atau komentar. JOMO adalah undangan untuk berhenti sejenak, menikmati momen kecil, dan merasa cukup dengan apa yang kita miliki.

Ingat, dunia ini tidak akan berhenti berputar hanya karena kita memutuskan untuk melewatkan sesuatu. Jadi, apakah kamu siap mencoba JOMO dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan?