Kerajaan Macan Putih Antara Legenda dan Jejak Sejarah di Gunung Raung
- Notulen van de Algemeene en Directie-vergaderingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Kerajaan Macan Putih merupakan salah satu entitas historis yang sarat akan mitos dan fakta sejarah di kawasan Gunung Raung, Jawa Timur. Berpadu antara legenda dan hasil penelitian arkeologis, keberadaan kerajaan ini memancarkan pesona misteri yang tak lekang oleh waktu.
Jejak Sejarah di Balik Abu Vulkanik
Penelitian arkeologis yang dilakukan pada tahun 2012 mengungkap bahwa pemukiman di situs Macan Putih diperkirakan muncul setelah letusan dahsyat Gunung Raung. Lapisan abu vulkanik setebal 10 cm menjadi penanda waktu pembangunan struktur bata yang diduga sebagai tembok ibu kota kerajaan. Situs ini memiliki luas sekitar 2,5 km² dan dilengkapi dengan sistem kanal yang digunakan untuk mengatur aliran air guna mendukung pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat kerajaan.
Selain tembok bata dan kanal, ekskavasi juga menemukan berbagai artefak penting, seperti fragmen keramik dari Eropa dan Tiongkok, tulang hewan yang menunjukkan pola konsumsi masyarakat, serta gerabah yang digunakan untuk keperluan domestik dan ritual. Penemuan ini menunjukkan bahwa Kerajaan Macan Putih bukan hanya pusat politik, tetapi juga pusat perdagangan yang memiliki hubungan dengan dunia luar.
Ritual ngaben yang diyakini dilakukan di situs ini juga menyoroti praktik keagamaan yang sangat kuat. Raja Tawang Alun dan pengikutnya yang melakukan praktik sati atau pengorbanan diri mencerminkan nilai spiritualitas yang mendalam dalam kehidupan masyarakat pada masa itu (Geopark Ijen | Culturesite, 2024.).
Simbolisme Macan Putih
Nama "Macan Putih" tidak hanya sekadar simbol dalam legenda, tetapi juga mencerminkan kekuatan dan perlindungan spiritual. Dikisahkan bahwa Raja Tawang Alun ditemani seekor macan putih dalam perjalanan spiritualnya dari Petilasan Rowo Bayu ke situs ini. Macan putih dianggap sebagai makhluk penjaga yang melindungi raja dan kerajaannya dari ancaman baik fisik maupun metafisik.
Simbolisme ini terus hidup dalam kepercayaan masyarakat sekitar. Macan putih dianggap sebagai penjaga tak kasat mata yang masih mengawasi kawasan tersebut hingga kini. Kepercayaan ini juga sering tercermin dalam upacara adat dan ritual yang masih dijalankan oleh masyarakat setempat sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur (Huda, 2016).
Kaitan dengan Penyebaran Agama Hindu
Kerajaan Macan Putih memiliki kaitan erat dengan sejarah penyebaran agama Hindu di Jawa Timur. Rsi Markandeya, seorang tokoh spiritual Hindu, diyakini pernah bermeditasi di kawasan Gunung Raung sebelum melanjutkan perjalanannya ke Bali untuk mendirikan Pura Besakih.
Meditasi Rsi Markandeya di kawasan ini menunjukkan bahwa Gunung Raung bukan hanya sekadar lokasi geografis, tetapi juga pusat kegiatan spiritual yang penting. Situs Macan Putih kemungkinan menjadi salah satu tempat yang digunakan untuk ritual pemujaan dan meditasi oleh tokoh-tokoh agama pada masa itu. Hal ini memperkuat dugaan bahwa kawasan ini tidak hanya penting dari segi politik dan ekonomi, tetapi juga dari segi spiritual dan religius.
Pengaruh Hindu di kawasan ini juga terlihat dari temuan artefak dan struktur yang memiliki kemiripan dengan situs Hindu di tempat lain di Jawa dan Bali. Ini menegaskan pentingnya peran Kerajaan Macan Putih dalam jaringan penyebaran agama Hindu di Nusantara.
Penelusuran oleh Kolonial Belanda
Pada masa kolonial Belanda, kawasan Gunung Raung dan situs Kerajaan Macan Putih sempat menarik perhatian para peneliti dan penjelajah Eropa. Catatan-catatan dari arsip kolonial menyebutkan bahwa ekspedisi Belanda pada abad ke-19 menemukan beberapa struktur bata kuno serta artefak yang dianggap sebagai peninggalan kerajaan kuno. Peneliti Belanda tertarik pada kombinasi legenda lokal dan temuan arkeologis yang mengindikasikan adanya pusat kekuasaan yang kuat di kawasan tersebut (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1866).
Beberapa laporan menyebutkan bahwa Belanda sempat mencoba menggali lebih dalam mengenai situs ini, tetapi keterbatasan teknologi dan kondisi geografis yang sulit membuat eksplorasi mereka terbatas. Meskipun demikian, catatan mereka memberikan kontribusi penting dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi utama di sekitar Gunung Raung yang memiliki nilai sejarah.
Kerajaan Macan Putih di Gunung Raung tidak hanya menyimpan jejak sejarah yang berharga, tetapi juga mengandung pelajaran tentang hubungan manusia dengan alam dan spiritualitas. Situs ini mencerminkan perpaduan antara kekuatan politik, pengaruh spiritual, dan dinamika perdagangan pada masanya. Upaya untuk terus mempelajari dan memahami warisan ini penting dilakukan agar nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya tetap hidup.