Lebih Peka! 4 Drakor yang Mengangkat Isu Kesehatan Mental dengan Sensitif dan Edukatif
- IMDb
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi – Kesehatan mental adalah isu yang semakin sering dibicarakan, tak terkecuali di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental pun semakin meningkat. Industri hiburan, termasuk drama Korea (drakor), juga turut andil dalam meningkatkan awareness tentang isu ini. Berikut empat rekomendasi drakor yang mengangkat tema kesehatan mental dengan sensitif dan edukatif. Lebih dari sekadar hiburan, drakor-drakor ini akan membuka mata dan hatimu tentang pentingnya kesehatan mental.
1. It's Okay to Not Be Okay (2020): Menyembuhkan Luka Batin dan Menerima Diri Sendiri
Drama ini mengisahkan Moon Gang-tae (Kim Soo-hyun), seorang perawat di bangsal psikiatri, dan Ko Moon-young (Seo Yea-ji), penulis buku anak-anak terkenal yang mengidap gangguan kepribadian antisosial. Keduanya memiliki luka batin dari masa lalu yang menghambat mereka untuk hidup bahagia. It's Okay to Not Be Okay menggambarkan perjalanan mereka dalam menyembuhkan luka batin, menerima diri sendiri, dan menemukan cinta. Drama ini juga menampilkan berbagai karakter dengan gangguan mental, seperti autisme, PTSD, dan depresi.
Fakta Menarik: Drama ini mendapat pujian dari para ahli kesehatan mental karena penggambarannya yang realistis dan sensitif tentang berbagai gangguan mental.
2. My Mister (2018): Menemukan Cahaya di Tengah Kegelapan dan Kesulitan Hidup
Drama yang juga dikenal dengan judul My Ahjussi ini menceritakan kisah pilu Park Dong-hoon (Lee Sun-kyun), pria paruh baya yang tertekan dengan masalah hidupnya, dan Lee Ji-an (IU), wanita muda yang dingin dan apatis karena kemiskinan dan masa lalunya yang kelam. My Mister secara gamblang menggambarkan realita kehidupan yang keras dan bagaimana kesulitan hidup dapat memicu depresi dan kecemasan. Meskipun bernuansa kelam, drama ini juga memberikan harapan dan menunjukkan bahwa kebaikan dan dukungan dari orang lain dapat membantu kita melewati masa-masa sulit. Drama ini juga dibintangi oleh Jang Ki-yong.
Fakta Menarik: Drama ini awalnya menuai kontroversi karena perbedaan usia yang jauh antara kedua pemeran utama, namun seiring berjalannya cerita, penonton mulai memahami dan mengapresiasi alur cerita yang disuguhkan.
3. Kill Me, Heal Me (2015): Berjuang Melawan Gangguan Identitas Disosiatif
Drama ini menceritakan Cha Do-hyun (Ji Sung), seorang chaebol yang mengidap gangguan identitas disosiatif (DID) atau kepribadian ganda akibat trauma masa kecil. Ia memiliki tujuh kepribadian yang berbeda, dan masing-masing kepribadian memiliki karakteristik dan cerita tersendiri. Do-hyun kemudian bertemu dengan Oh Ri-jin (Hwang Jung-eum), seorang psikiater residen yang membantunya untuk mengendalikan kepribadian-kepribadiannya dan mengungkap rahasia kelam di balik traumanya. Kill Me, Heal Me menggambarkan perjuangan Do-hyun dalam melawan penyakitnya dan usahanya untuk sembuh.
Fakta Menarik: Akting Ji Sung dalam memerankan tujuh karakter yang berbeda dalam drama ini sangat luar biasa dan menuai banyak pujian. Ia berhasil membawa pulang penghargaan Daesang (Grand Prize) di MBC Drama Awards 2015.
4. Just Between Lovers (2017-2018): Penyintas Trauma yang Mencoba Bangkit Kembali
Drama yang juga dikenal dengan judul Rain or Shine ini berkisah tentang Lee Kang-doo (Lee Jun-ho) dan Ha Moon-soo (Won Jin-ah) yang sama-sama selamat dari tragedi runtuhnya sebuah pusat perbelanjaan yang merenggut nyawa banyak orang, termasuk orang-orang terdekat mereka. Keduanya pun masih berjuang untuk mengatasi trauma yang mereka alami. Just Between Lovers dengan baik menggambarkan bagaimana trauma dapat memengaruhi kehidupan seseorang dan bagaimana pentingnya dukungan emosional dalam proses penyembuhan.
Fakta Menarik: Drama ini terinspirasi dari runtuhnya gedung Sampoong Department Store pada tahun 1995, yang merupakan salah satu tragedi terburuk dalam sejarah Korea Selatan.
Keempat drakor di atas berani mengangkat isu kesehatan mental dengan cara yang sensitif, edukatif, dan mengharukan. Mereka tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai gangguan mental dan pentingnya mencari bantuan profesional. Lebih dari itu, drakor-drakor ini mengajarkan kita untuk lebih berempati dan tidak menghakimi orang-orang yang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental. Semoga dengan semakin banyaknya tontonan yang mengangkat tema ini, stigma terhadap kesehatan mental di masyarakat dapat berkurang. Ingat, kamu tidak sendirian. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika kamu membutuhkannya, ya!