Mengenal Keunikan Kesenian dan Kebudayaan Kota Madiun

Ruwatan Bumi Tradisi yang Masih Dilestarikan Masyarakat Madiun
Sumber :
  • www.phinemo.com

Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi – Madiun adalah kota yang memiliki beberapa ragam julukan, seperti kota pendekar, kota gadis dan kota Pecel. Kota yang terbesar keempat setelah Surabaya, Malang dan Kediri. Madiun memiliki ragam daya tarik untuk wisatawan baik domestic maupun non domestic bukan hanya dari tempat – tempat yang unik, melainkan juga potensi kulinernya.

Baper Nasional! 5 Drama Korea 2025 yang Lagi Hits dan Dibahas di Mana-mana, Terbaru Ada Motel California

 

Ragam kuliner yang ada di Madiun memiliki keunikan dan khas yang berbeda dengan kota – kota lainnya. Salah satunya Nasi Pecel yang sudah mendunia, Brem, Manco dsb. Ciri khas yang ada pada makanan inilah menjadi focus untuk upaya mempromosikan Madiun lebih agar lebih dikenal lagi.

Bosan Dengan Cake Ulang Tahun? Ini Alternatif Penggantinya, Unik dan Tak Terlupakan

 

Selain potensi kuliner dan tempat, Madiun juga memiliki potensi wisata yang terkenal melalui kesenian dan budayanya. Berikut beberapa kebudayaan dan keseniaan yang ada di Madiun:

Jangan Abaikan! Ini Dia Obat-Obatan Penting untuk Kotak P3K Anda!

 

Potensi Wisata Kebudayaan dan Kesenian Madiun

 

1.  Pencak Silat

 

Kota Madiun dijuluki sebagai Kota Pendekar, karena dari kota inilah pencak silat lahir di Indonesia. Pencak silat atau silat merupakan sebuah seni bela diri yang berasal asli dari Indonesia, seni bela diri inilah yang menjadi identitas dari Kota Madiun. Wisata budaya pencak silat ini mampu menjadikan keunikan dan menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota ini.

 

Dengan adanya wisata budaya seni bela diri tradisional ini mampu menghapus stigma negatif di masyarakat mengenai pencak silat yang dahulunya identik dengan kerusuhan, pertengkaran.

 

 

2.  Dongkrek

 

Kesenian dan kebudayaan lainnya adalah dongkrek. Dongkrek merupakan kesenian yang berasal asli dari Madiun. Lahirnya kesenian dongkrek ini diciptakan sebagai prosesi ritual sebagai pengusir pagebluk atau bencana kematian yang sudah melanda daerah Mejayan dan sekitarnya. Dongkrek memiliki filosofi makna yang mendalam.

 

Pertunjukkan dari kesenian dongkrek mengisahkan tentang pertarungan seorang Kakek sakti yakni Eyang Palang dengan empat Buto, karena karakter Buto yang selalu mengusik manusia, inilah yang menjadi alasan Eyang Palang untuk melawannya. Kesenian ini sudah diwariskan secara turun – temurun, dan seiring berjalannya waktu kesenian ini terus berkembang dengan berbagai cara agar tidak punah.

 

 

3.  Ruwatan Bumi

 

Ruwatan Bumi merupakan upacara yang dilakukan bertujuan untuk mencari keburuntungan agar tidak ada kesialan dalam hidup. Tradisi ruwatan bumi ini dilakukan untuk bentuk suatu penghormatan kepada nenek moyang karena bentuk rasa syukur atau sedekah agar terhindar dari segala `bencana dan malapetaka. Tradisi ini tetap dilakukan setiap tahunnya secara turun temurun sejak saat zaman Kerajaan Mataran.

 

Sampai saat ini tradisi masih dilakukan oleh masyarakat karena suatu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tradisi ini wajib dilestarikan serta dijaga kebudayaannya, jangan sampai tergerus oleh zaman.

 

 

4.  Suran Agung

 

Suran agung merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan saat bulan Suro, biasanya Suran Agung ini dilakukan setiap tanggal 1 Sura atau 1 Muharram. Kegiatan ini dilakukan dalam menyambut bulan Muharram. Saat hari itu tiba masyarakat menggelar larung saji. Larung saji adalah sesaji atau sedekah bumi, tujuannya adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah.

 

Kegiatan ini sangat sakral serta memiliki filosofi yang tinggi, tradisi ini memiliki makna yang mendalam, mengungkapkan rasa syukur yang sangat tinggi kepada Tuhan karena keberkahan dan rahmat yang diberikan. Tradisi yang diilakukan dengan berziarah serta melakukan tirakat dengan begadang untuk menyucikan benda pusaka yang dimiliki selanjutnya pagi hari melakukan larung saji.