Kamu Sering Merasa Moody? Mungkin ini Salah Satu Penyebabnya

Ilustrasi seorang wanita bersedih
Sumber :
  • Freepik: @ stockking

Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi – Mengalami perubahan suasana hati yang tiba-tiba dan sulit diprediksi bisa menjadi pengalaman yang membingungkan dan melelahkan. Kadang ceria di pagi hari, mendadak sensitif di siang hari, lalu merenung di malam hari tanpa pemicu yang jelas. Fluktuasi emosi yang signifikan seringkali disalahartikan sebagai sifat 'terlalu perasa', padahal stabilitas mood dipengaruhi oleh spektrum faktor yang kompleks, mulai dari kondisi fisiologis hingga pengalaman psikologis mendalam.

Biar Rumah Nggak Cuma Cantik, Tapi Juga Sehat! Ini 7 Tanaman Pemurni Udara yang Ampuh Usir Racun

Memahami akar penyebab ketidakstabilan mood krusial untuk kesehatan mental. Ini memungkinkan individu untuk tidak terjebak dalam menyalahkan diri sendiri, melainkan mengambil langkah proaktif dalam mengelola emosi dan merawat diri. Berikut adalah beberapa faktor utama yang diketahui berkontribusi pada fluktuasi suasana hati:

1. Pola Tidur yang Tidak Konsisten atau Kurang Memadai

Tidur bukan hanya waktu istirahat fisik, melainkan periode penting bagi otak untuk melakukan reset dan regulasi emosi. Kurang tidur kronis atau jadwal tidur yang tidak teratur mengganggu fungsi area otak yang bertanggung jawab mengelola emosi, seperti amigdala dan korteks prefrontal. Penelitian, termasuk studi di Journal of Neuroscience (2015), menunjukkan bahwa gangguan tidur secara signifikan mengurangi kemampuan otak untuk mengatur respons emosional, menjadikan individu lebih rentan terhadap mood swing.

2. Fluktuasi Kadar Gula Darah

Malas Bukan Salahmu? Ini 3 Alasan Psikologis Kenapa Lo Nggak Punya Mood Ngerjain Apa-Apa!

Hubungan antara diet dan mood tidak bisa diremehkan. Konsumsi makanan, terutama yang tinggi gula sederhana, dapat menyebabkan lonjakan cepat diikuti penurunan drastis pada kadar gula darah. Fluktuasi tajam ini memengaruhi tingkat energi dan dapat memicu gejala seperti kelelahan, iritabilitas, bahkan kecemasan. Studi di Nutrients Journal (2020) mengaitkan pola makan tinggi gula dengan peningkatan gejala depresi dan kecemasan, menunjukkan dampaknya pada keseimbangan kimiawi otak (neurotransmitter).

3. Jebakan Pikiran Berulang (Overthinking dan Ruminasi)

Halaman Selanjutnya
img_title