Kreatifitas Petani di Lahan Pertanian Minim Pasokan Air, Seperti Ini Caranya

Minim Air, Begini Kondisi Pertanian Saat Kekurangan Pasokan Air
Sumber :
  • Dovalent Vandeva Derico/VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Tinggal di daerah yang minim ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian, tidak membuat petani berpangku tangan. Saat musim kemarau, lahan pertanian mati suri karena pasokan air hujan terhenti.

Krisis Air Bersih Melanda 4 Desa di Wongsorejo, Camat Tidak Merespon Konfirmasi

Dikenal sebagai Desa yang memiliki keterbatasan pasokan air untuk lahan pertanian. Tidak membuat petani di Desa Sidowangi Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi menyerah.

Mereka tetap bercocok tanam di lahan pertanian mereka dengan menggunakan pola tumpangsari beberapa tanaman di satu lahan dalam waktu nyaris bersamaan.

Desa Lumbung Air Kekeringan di Wongsorejo, Kemarau Panjang dan Perbaikan Irigasi Jadi Biang Keladi

"Biasanya petani menanam Jagung, cabai dan tembakau dalam periode tertentu. Kadang kala ada tanaman sayur seperti terong dan kacang kacangan," tutur Kepala Desa Sidowangi Muansin di kantornya.

Tanaman tersebut dipilih karena tidak membutuhkan air yang melimpah hingga mampu ditanam di lahan pertanian tadah hujan. Yang tidak memiliki pasokan air untuk pertanian yang cukup.

Warga Desa Bajulmati Keluhkan Sumur Mengering, ini yang Dilakukan Warga

"Petani rata2 panen sekali dalam setahun. Saat musim kemarau, hasil panen kurang maksimal. Malahan ada beberapa lahan pertanian dibiarkan mati suri saat musim kemarau," ujar Muansin pada banyuwangi.viva.co.id

Jika pasokan air mencukupi, bukan tidak menutup kemungkinan. Panen bisa didapatkan petani bisa mencapai 2 atau 3 kali dalam setahun.

"Jika bisa panen lebih dari sekali, maka perekonomian petani akan meningkat. Tapi sekarang baru sekali, yaa mau gimana lagi. Saya akan terus berupaya optimal," kata Muansin.

Pemilihan jenis tanaman di lahan pertanian tadah hujan, merupakan kebiasaan turun temurun warga karena kondisi kekurangan air untuk pertanian sudah berlangsung selama puluhan tahun.

"Kami membutuhkan pelatihan untuk pola tanam di lahan tadah hujan. Jenis tanaman dan perawatan tanaman tumpangsari, dipelajari petani secara otodidak," ungkap Muansin.

Di Desa Sidowangi sendiri, saat ini ada 675 hektar lahan pertanian tadah hujan dan baru 10 persen saja yang mendapatkan pasokan air secara mencukupi.

Penambahan sumur bor, pembuatan embung serta pipanisasi saluran air dari waduk Bajulmati bisa menjadi solusi dari permasalahan yang belum teratasi selama puluhan tahun.