Self-Love dan Healing, Fondasi Gaya Hidup Anak Muda di Tahun 2025

Kesehatan, VIVA Banyuwangi –Tahun 2025 menandai babak baru dalam cara anak muda memandang diri sendiri. Tren self-love dan healing kini bukan sekadar slogan di media sosial, melainkan menjadi gaya hidup yang menonjol sebagai bentuk kesadaran baru akan pentingnya kesehatan mental. 

Self-love, yang berarti menerima diri apa adanya tanpa tekanan standar sosial, kini menjadi prinsip utama. Anak muda semakin fokus menjaga keseimbangan emosional dan mental, jauh dari jebakan pembandingan diri di era media sosial. Aktivitas seperti meditasi, journaling, olahraga, hingga meluangkan waktu untuk diri sendiri, telah menjadi bagian penting dari rutinitas mereka. 

Sementara itu, konsep healing juga mengalami pendalaman makna. Healing sejati kini dipahami bukan sekadar liburan atau self-reward, melainkan proses pemulihan kesehatan mental yang membutuhkan perhatian serius. Sayangnya, maraknya penyalahgunaan istilah ini membuat sebagian orang keliru memahami bahwa healing hanyalah tentang “pergi jalan-jalan.” 

Fenomena self-love dan healing ini membawa dampak positif: anak muda berani menetapkan batasan pribadi, mengurangi stres, dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri. Namun, para ahli juga mengingatkan tentang risiko glorifikasi berlebihan dan praktik self-diagnosis yang tidak tepat, yang bisa mengaburkan pemahaman tentang kondisi mental sesungguhnya. 

Di tengah tantangan era digital yang serba cepat, self-love dan healing menjadi investasi berharga bagi generasi muda. Mereka kini membangun fondasi hidup yang lebih sehat, seimbang, dan produktif—mengutamakan kebahagiaan autentik daripada sekadar mengejar validasi sosial. 

Dengan memahami makna sebenarnya dari self-love dan healing, anak muda 2025 melangkah lebih kuat: mencintai diri, menjaga kesehatan jiwa, dan menghadapi dunia dengan penuh kesadaran.