Banyuwangi Tolak Pendirian Hotel jika Tak Usung Identitas Lokal

Dekorasi tari Gandrung di sebuah hotel
Sumber :
  • Fitri Anggiawati/ VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Banyuwangi dengan perkembangan pariwisata yang pesat telah menarik minat banyak investor untuk menanam investasi, termasuk di antaranya pendirian hotel-hotel mewah. 

One Piece Cafe Pertama di Jakarta: Tempat Kumpul Para Nakama yang Wajib Dikunjungi!

Namun demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi tak ingin asal terima, bahkan konsisten menetapkan syarat pendirian hotel di wilayah tersebut, seperti yang diungkap Bupati Banyuwangi periode 2010-2015 dan 2016-2021, Abdullah Azwar Anas. 

“Kami memberi syarat dan senang sekali ini dilanjutkan, hotel tidak boleh berdiri jika identitas lokal sebagai aspek utamanya tidak ada di tempat ini,” kata Anas sambil menunjukkan foto-foto hotel mewah di Banyuwangi. 

Resmi Tanggal Merah & Cuti Bersama Desember 2024: Waktu yang Tepat untuk Refleksi dan Liburan Akhir Tahun!

Lanjutnya, simbol-simbol suku asli Banyuwangi yaitu Osing tidak pernah lepas dari kemajuan pembangunan hotel di ujung timur Pulau Jawa tersebut. 

“Banyuwangi boleh maju, pembangunan boleh tumbuh, tetapi identitas budaya lokal tidak pernah hilang dari kemajuan pembangunan yang ada,” ujar Anas. 

Makin Diminati! Inilah Pesona dari Wisata Telunjuk Raung Banyuwangi

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) tersebut juga mencontohkan replikasi budaya Banyuwangi abad 17 di hotel-hotel mewah, di antaranya Illira Hotel, Aston Hotel, dan Dialoog Hotel. 

“Inilah, para arsitektur hotel mencari rekam jejak budaya yang kemudian diterapkan di hotel-hotel tersebut,” tutur Anas. 

Sehingga kemudian hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa pembangunan di Banyuwangi memiliki landasan teologis yang kuat dan tak mudah ditiru oleh wilayah lain.