Banyuwangi Tolak Pendirian Hotel jika Tak Usung Identitas Lokal
- Fitri Anggiawati/ VIVA Banyuwangi
Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Banyuwangi dengan perkembangan pariwisata yang pesat telah menarik minat banyak investor untuk menanam investasi, termasuk di antaranya pendirian hotel-hotel mewah.
Namun demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi tak ingin asal terima, bahkan konsisten menetapkan syarat pendirian hotel di wilayah tersebut, seperti yang diungkap Bupati Banyuwangi periode 2010-2015 dan 2016-2021, Abdullah Azwar Anas.
“Kami memberi syarat dan senang sekali ini dilanjutkan, hotel tidak boleh berdiri jika identitas lokal sebagai aspek utamanya tidak ada di tempat ini,” kata Anas sambil menunjukkan foto-foto hotel mewah di Banyuwangi.
Lanjutnya, simbol-simbol suku asli Banyuwangi yaitu Osing tidak pernah lepas dari kemajuan pembangunan hotel di ujung timur Pulau Jawa tersebut.
“Banyuwangi boleh maju, pembangunan boleh tumbuh, tetapi identitas budaya lokal tidak pernah hilang dari kemajuan pembangunan yang ada,” ujar Anas.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) tersebut juga mencontohkan replikasi budaya Banyuwangi abad 17 di hotel-hotel mewah, di antaranya Illira Hotel, Aston Hotel, dan Dialoog Hotel.
“Inilah, para arsitektur hotel mencari rekam jejak budaya yang kemudian diterapkan di hotel-hotel tersebut,” tutur Anas.
Sehingga kemudian hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa pembangunan di Banyuwangi memiliki landasan teologis yang kuat dan tak mudah ditiru oleh wilayah lain.