Masjid Baiturrahman dan Tsunami Aceh, Kisah Nyata di Tengah Bencana Dahsyat
- https://www.katakini.com/mobile/artikel/116335/Masjid-Raya-Baiturrahman-Tonggak-Kuat-di-Tengah-Tsunami-Aceh-2004/
Wisata, VIVA Banyuwangi –Tanggal 26 Desember 2004 adalah hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh rakyat Aceh dan seluruh dunia. Sebuah gempa besar berkekuatan 9,1 SR mengguncang Samudera Hindia, memicu gelombang tsunami yang meluluhlantakkan wilayah pesisir barat Aceh, termasuk Banda Aceh. Ribuan bangunan runtuh, ratusan ribu jiwa menjadi korban, dan kota berubah menjadi puing-puing. Tapi di tengah kehancuran itu, satu bangunan berdiri kokoh nyaris tanpa luka, Masjid Raya Baiturrahman.
Masjid ini bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga lambang keajaiban yang nyata. Dikelilingi bangunan-bangunan yang hancur, masjid ini justru tetap berdiri dengan megah. Banyak orang percaya bahwa masjid ini dilindungi oleh kekuatan ilahi, tapi jika kita menelusuri lebih dalam, ada sejarah panjang dan makna besar yang menjadikan masjid ini begitu istimewa.
Sejarah yang Mengakar Kuat
Masjid Raya Baiturrahman awalnya dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17. Namun, bangunan asli hancur saat kolonial Belanda menyerang Aceh pada 1873. Untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, Belanda kemudian membangun masjid baru di lokasi yang sama pada tahun 1879. Seiring waktu, masjid ini terus diperluas dan dipercantik, hingga menjadi ikon kota Banda Aceh seperti sekarang.
Arsitekturnya dipengaruhi oleh gaya Mughal India, dengan kubah hitam yang besar, menara tinggi, dan halaman luas berlapis marmer putih. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat Aceh. Tak heran jika sejak lama ia menjadi ikon kebangkitan Aceh, tempat rakyat mencari ketenangan di tengah ujian hidup.
Keajaiban di Tengah Tsunami
Ketika tsunami datang, masjid ini menjadi tempat perlindungan bagi ratusan orang. Mereka berlarian ke dalam masjid untuk menyelamatkan diri dari terjangan air laut yang ganas. Ajaibnya, meski air mengalir deras dan menghancurkan hampir semua bangunan di sekitarnya, masjid tetap berdiri.