Dari Generasi ke Generasi Masamper, Simbol Keberlanjutan Budaya Masyarakat Sangihe

Masamper sebagai simbol identitas masyarakat Sangihe
Sumber :
  • FB: Stenly Pontolawokang

Budaya, VIVA BanyuwangiKabupaten Kepulauan Sangihe adalah surga kecil di ujung utara Indonesia yang mempesona dengan keindahan alamnya yang luar biasa. Dari pantai-pantai yang menakjubkan hingga gunung-gunung yang menjulang tinggi, Sangihe menawarkan panorama alam yang sangat memikat.

Selain keindahan alam, Sangihe juga kaya akan budaya, salah satunya adalah seni tradisional Masamper yang menjadi simbol keberlanjutan budaya bagi masyarakat Sangihe. Apa itu Masamper, dan mengapa seni tradisional ini begitu penting dalam budaya masyarakat Sangihe? 

Sejarah Masamper

Masamper merupakan seni tradisional dalam bentuk nyanyian berbalas yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Sangihe. Sebagai sarana untuk membangun kebersamaan, Masamper tidak hanya sekadar hiburan tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan moral, kisah kehidupan, dan nilai-nilai spiritual.

Awalnya, Masamper berasal dari tradisi mebawalase sambo, yang melibatkan kegiatan berbalas syair atau pantun antar dua kelompok. Kegiatan ini dimulai dengan tujuan spiritual untuk meminta berkah atau bahkan kutukan kepada kekuatan alam yang diyakini oleh masyarakat pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, pengaruh bangsa Eropa mengubah tradisi ini menjadi tunjuke, sebuah bentuk baru yang dipimpin oleh seorang pemimpin (pangataseng) yang memulai nyanyian sambil memegang bunga. Begitu nyanyian selesai, orang yang diberikan bunga harus menjadi pemimpin (pangataseng) berikutnya.

Aktivitas ini akan dilakukan berulang-ulang sampai semua peserta mendapat bagian sebagai pemimpin. Selanjutnya, dengan adanya pengaruh agama Kristen yang masuk, tunjuke berkembang menjadi Masamper yang kita kenal sekarang.

Masamper menggabungkan unsur spiritualitas, pengaruh agama Kristen, dan kesenian rakyat dalam satu kesatuan pertunjukan yang harmonis, dimana pesan-pesan moral dan nilai-nilai luhur diwariskan melalui nyanyian berbalas yang dilakukan dengan penuh kekhidmatan dan rasa kebersamaan. 

Nilai Filosofi Masamper

Selain sebagai hiburan, Masamper mengandung filosofi yang mendalam tentang kehidupan, spiritualitas, dan nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sangihe. Salah satu nilai utama yang terkandung dalam Masamper adalah keharmonisan.

Melalui nyanyian bersama, Masamper mengajarkan kebersamaan, kerja sama, dan keselarasan dengan alam serta sesama manusia.

Lebih jauh, Masamper juga memperkuat nilai spiritualitas dalam masyarakat. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam Masamper sering kali menyentuh aspek kehidupan yang lebih dalam, mengajak pendengarnya untuk merenung dan bersyukur atas anugerah Tuhan.

Dalam konteks ini, Masamper bukan hanya sebuah tradisi budaya, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga hubungan spiritual masyarakat dengan Tuhan dan leluhur mereka. 

Pelestarian Masamper di Era Globalisasi

Di tengah pesatnya perkembangan zaman dan pengaruh globalisasi, banyak kebudayaan lokal yang terancam punah. Namun, Masamper berhasil mempertahankan eksistensinya dan bahkan terus berkembang.

Masyarakat Sangihe, baik yang berada di tanah Sangihe maupun di luar daerah, tetap menjaga dan melestarikan Masamper sebagai bagian dari warisan budaya mereka.

Salah satu cara utama untuk melestarikan Masamper adalah melalui pendidikan antar generasi. Para tetua masyarakat Sangihe dengan tekun mengajarkan seni Masamper kepada generasi muda.

Selain itu, Masamper juga semakin dikenal luas melalui perlombaan dan festival seperti Pesparawi dan Festival Pesona Sangihe, yang tidak hanya diadakan di tanah Sangihe, tetapi juga di luar daerah.

Melalui kegiatan ini, generasi muda diajak untuk ikut serta dalam pelestarian budaya mereka, mengembangkan rasa kebanggaan terhadap budaya lokal, dan mengasah kemampuan mereka dalam berkesenian.

Selain itu, pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe juga berperan besar dalam memastikan kelestarian Masamper. Kegiatan Masamper massal yang diselenggarakan secara berkala berhasil menyatukan masyarakat Sangihe dalam semangat kebersamaan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya.

Bahkan, pada tahun 2023, Masamper berhasil memecahkan rekor MURI dengan jumlah peserta Masamper massal mencapai 6921 orang, menunjukkan betapa besarnya antusiasme masyarakat untuk menjaga tradisi ini.

Pada tingkat yang lebih formal, pengakuan terhadap Masamper sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) serta penetapan tanggal 18 Agustus 2022 sebagai Hari Masamper Sangihe oleh pemerintah, semakin memperkuat posisi seni ini dalam melestarikan warisan budaya Sangihe.

Langkah ini tidak hanya memberikan pengakuan hukum, tetapi juga menegaskan eksistensi Masamper sebagai simbol yang tak tergantikan dari identitas budaya masyarakat Sangihe.

Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah dan dukungan dari masyarakat, Masamper akan terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi pelestarian budaya lainnya di Indonesia.