Ronggeng Pasaman: Tradisi Penuh Nilai Budaya dari Sumatera Barat
- pasbana
Budaya, VIVA Banyuwangi –Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat menyimpan kekayaan tradisi budaya yang menarik, salah satunya adalah Ronggeng Pasaman. Kesenian ini merupakan wujud perpaduan budaya Minangkabau dan Mandailing yang telah bertransformasi dari masa ke masa. Tidak hanya menjadi hiburan, Ronggeng Pasaman juga sarat akan pesan moral dan nilai-nilai adat.
Asal-Usul Ronggeng Pasaman
Ronggeng Pasaman memiliki akar sejarah yang panjang. Tradisi ini diduga berasal dari budaya Jawa yang dibawa oleh para pekerja migran pada masa penjajahan Jepang. Setelah masuk ke Pasaman, kesenian ini beradaptasi dengan nilai lokal sehingga menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat. Perpaduan tersebut menciptakan ciri khas yang unik, seperti penggunaan pantun berbahasa Minangkabau dan Mandailing.
Keunikan dan Pelaksanaan
Ronggeng Pasaman menampilkan laki-laki yang berdandan seperti perempuan sebagai pemantun. Mereka melantunkan pantun-pantun spontan yang biasanya mengandung kritik sosial, nasihat, atau kisah persahabatan dan cinta. Pementasan ini diiringi alat musik tradisional seperti biola, gitar, rebana, dan tamborin, serta berlangsung selama enam jam pada malam hari. Adapun kostum yang dikenakan adalah kebaya dengan sarung atau selendang khas.
Transformasi dan Adaptasi
Seiring perkembangan zaman, Ronggeng Pasaman mengalami transformasi tanpa kehilangan jati diri budayanya. Misalnya, unsur pantun yang kini mengangkat tema muda-mudi, namun tetap mempertahankan nilai pesan moral. Selain itu, kesenian ini juga telah dipadukan dengan acara keagamaan dan adat seperti turun mandi atau syukuran.