Rambu Solo, Tradisi Pemakaman Paling Mahal di Indonesia

Prosesi Rambu Solo milik Suku Toraja
Sumber :
  • ngeeksploremania

Tradisi, VIVA BanyuwangiRambu Solo adalah tradisi upacara adat kematian yang ada di Suku Toraja, Sulawesi Selatan. Upacara ini diyakini sebagai penyempurna kematian dan bentuk penghormatan mengantarkan arwah orang yang telah meninggal menuju alam roh.

Dalam suku toraja, Rambu solo ini merupakan ritual yang paling penting dan juga paling mahal. Semakin kaya seseorang maka akan semakin mahal biaya pemakamannya. Dalam tradisinya, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar upacara pemakaman yang besar, dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.

Pergeseran zaman membawa perubahan, dimana non bangsawan juga bisa melaksanakan Rambu Solo, asal memiliki uang atau kaya.

Bagian penting dalam pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang, maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. 

Bangkai kerbau, termasuk kepalanya , dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya yang sedang dalam masa tertidur. Suku Toraja Percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanan dan akan cepat sampai jika ada banyak kerbau.

Pada masa lampau, jumlah kerbau yang disembelih tidak sebanyak sekarang. Dulu, kaum bangsawan memotong kerbau sebanyak 25 sampai dengan 30 ekor. Sedangkan sekarang orang orang kaya bisa memotong seratus kerbau. Sungguh jumlah yang fantastis.

Sehingga terjadi pergeseran, karena justru menjadi adu gengsi dalam mengadakan upacara tersebut. Memberi penghormatan terakhir ini, menjadi alasan kenapa harga kerbau bisa mahal disana dan harus dibeli dalam jumlah besar. Dengan biaya besar ini, itulah alasannya orang Toraja yang berada di luar Tanah Toraja bekerja mati matian demi pelaksanaan Rambu Solo.

Lalu bagaimana dengan orang yang keadaannya tidak memiliki kekayaan? Upacara pemakaman ini bisa digelar setelah berminggu minggu, bulan atau bahkan bertahun tahun, sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan bisa mengumpulkan uang terlebih dahulu. Mereka lebih memilih menunda, karena bagi mereka tradisi harus tetap dilaksanakan.

Dalam masa menunggu itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain  dan disimpan dibawah tongkonan. Tongkonan sendiri adalah rumah adat Suku Toraja. Setelah nanti upacara selesai dilaksanakan, Suku Toraja percaya bahwa arwah akhirnya akan melakukan perjalanan menuju Puya, yaitu akhirat.

Ada tiga acara pemakaman: peti mati bisa disimpan dalam gua, atau dimakam batu yang berukir, atau digantung di tebing. Orang orang kaya kadang kadang dikubur dimakam batu yang berukir. Dan pembuatan makam ini bisa memakan waktu yang lama hingga berbulan bulan.

Mengikuti perkembangan zaman, pada masa sekarang dalam prosesi pemakaman, Suku Toraja menggunakan pakaian hitam, dan mayat atau arwah diawetkan dengan menggunakan formalin.

Kalau dulu mereka menggunakan bahan bahan tradisional ramuan dari dedaunan. Begitulah tradisi yang masih dijaga oleh suku Tanah Toraja yang menambah kekayaan budaya bagi Indonesia.