Perajin Alat Musik Terbang Rebana Kebanjiran Order Jelang Lebaran

Suhaimi salahsatu pengrajin alat musik terbangan asal Singojuruh
Sumber :
  • Zamroni Subhan

Banyuwangi – Perajin alat musik terbang untuk musik rebana buatan Suhaimi (51), menjelang hari lebaran kebanjiran order. Suhaimi tinggal bersama keluarganya di Dusun Kedungliwung, Desa Kemiri, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.

Terbang buatan Suhaimi mempunyai ciri khas kultur adat Osing, ciri itu nampak pada terbang buatannya seperti lingkar dan kulit yang dipilih, ornamen warna disebut mempunyai warna kesukaan Suku Osing Banyuwangi. 

Dari keunikan dan kekhasan tersebut membuat para pembeli sering order di tempat Suhaimi. Tak hanya itu, pembeli dari luar Banyuwangi pun berdatangan untuk memesan terbang rebana buatannya.

“Yang pesan tidak hanya dari Banyuwangi tapi juga ada dari Maluku, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,” ungkapnya, Jumat (14/04/2023).

Romadon ini, pesanan pembuatan baru terus meningkat, tak hanya itu pengerjaan servis mau pun tukar tambah tak sepi selalu ada yang menyuruh memperbaiki.

“Alhamdulillah ada peningkatan saat Ramadan. Selain beli baru satu set perangkat ada juga orang yang ingin servis rebana, tukar tambah rebana. Masjid juga ada yang ingin memperbaiki bedug,” jelas Cak Imik panggilan akrabnya.

Seperti saat ini yang sedang dikerjakan berbagai pesanan dari kelompok kesenian dan sekolah. Bandrol yang dipatok terbilang standar. Semisal harga per set alat kesenian kuntulan kwalitas bagus senilai Rp8,5 juta.

"Satu set terdiri atas sembilan buah terbang, sebuah jidor, pantus, keling, dan gong dengan kualitas baik dijual seharga Rp8,5 juta. Kalau minta yang standar kurang lebih diberi harga Rp7,5 juta,” terangnya.

Kemudian, satu set Hadrah Alhabsyi yang terdiri atas empat terbang, dua keprak, sebuah Bass, Darbuka, dan Ham dijual dengan harga Rp5 Juta.

Tak hanya jual perangkat komplit di tempatnya juga menerima penjualan eceran, persatuan untuk jenis alat terbang seharga RP 350 ribu hingga Rp 450 ribu tergantung kwalitas, jika kwalitasnya lebih baik harganya lebih mahal.

Agar kwalitas terbang suaranya bagus, Cak imik memakai kulit sapi kualitas terbaik, yaitu kulit sapi Jawa yang betina. Jika yang alat terbang rebana memakai kulit kambing, dipilih yang lebih tebal. 

“Supaya suaranya lebih renyah, kuat, dan bergema, kita memakai kulit yang berkualitas dan terpilih seperti kulit sapi Jawa yang betina. Dan kulit kambing yang tebal,” terangnya.

Cak Imik bukanlah orang baru di dunia perajin alat terbang kuntulan dan rebana. Melainkan sejak tahun 2005, dirinya telah menggeluti alat musik terbang secara mandiri. 

“Sebelumnya mulai tahun 1998, ya ikut bekerja dengan orang lain yang juga perajin terbang,” ucapnya.