Sejarah dan Budaya Gandrung Banyuwangi: Pesona Tari Tradisional dari Ujung Timur Jawa

Tari Tradisional Banyuwangi, Gandrung
Sumber :
  • Dovalent Vandeva Derico/ VIVA Banyuwangi

Budaya, VIVA Banyuwangi – Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, dikenal dengan beragam budaya dan tradisi yang kaya. Salah satu warisan budaya yang paling menonjol dan menjadi ikon daerah ini adalah tari Gandrung. Tari Gandrung Banyuwangi tidak hanya sekadar sebuah pertunjukan seni, tetapi juga memiliki sejarah panjang dan makna mendalam bagi masyarakat setempat. Mari kita menyelami lebih dalam tentang asal-usul, perkembangan, dan keindahan tari Gandrung yang memukau.

Asal Usul Tari Gandrung

Sejarah tari Gandrung dimulai pada abad ke-18, di masa Kerajaan Blambangan. Konon, tarian ini pertama kali muncul sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas keberhasilan mereka mengusir penjajah dari wilayah mereka. Nama "Gandrung" sendiri berasal dari kata "gandrung" dalam bahasa Jawa yang berarti "terpesona" atau "tergila-gila." Tarian ini menggambarkan kegembiraan dan ketertarikan mendalam, yang pada awalnya ditujukan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan padi dalam kepercayaan masyarakat Jawa.

Perkembangan Tari Gandrung

Seiring berjalannya waktu, tari Gandrung mengalami berbagai transformasi. Pada awal kemunculannya, penari Gandrung adalah laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Namun, seiring dengan perubahan sosial dan budaya, pada akhir abad ke-19, peran penari Gandrung beralih kepada perempuan. Hal ini memberikan nuansa baru dan semakin memperkaya tarian ini dengan keanggunan dan kehalusan gerak para penari wanita.

Di masa kolonial, tari Gandrung juga berfungsi sebagai alat komunikasi dan perlawanan terhadap penjajah. Lirik-lirik lagu yang mengiringi tarian sering kali berisi sindiran dan kritik terhadap pemerintah kolonial. Oleh karena itu, tari Gandrung tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana perjuangan bagi rakyat Banyuwangi.

Keunikan dan Pesona Tari Gandrung