Tukang Cukur Pinggir Jalan Banyuwangi Kebanjiran Order Jelang Idul Fitri
- Jumroini Subhan
Dengan pengalaman memotong rambut dan alat cukur seperti gunting dan sisir, Malik menekuni bisnis "barber soap".
Sebelumnya, Maliki juga sempat merantau ke Bali dan terjun di dunia perpotongan rambut atau "hairdresser". Setelah pulang ke kampung halaman di Banyuwangi, ia sengsara namun karena tekun hingga akhirnya memiliki stan sendiri.
"Saya dulu tidak seberuntung sekarang. Saya dulu di Bali bekerja sebagai buruh dan belajar memotong rambut. Saat pandemi Covid-19, akhirnya saya pulang ke kampung dan bekerja sebagai buruh di kota Genteng. Setelah memiliki sedikit tabungan, saya membuka tempat cukur sendiri seperti sekarang," cerita Malik yang tidak bosan hidup sengsara.
Selama Ramadan tahun ini, tempat Malik selalu ramai dikunjungi oleh orang yang ingin memotong rambutnya.
Tampak di depan stan kecilnya, orang-orang mengantri. Tempat potong rambut miliknya hanya menerima pria dan tidak melayani wanita. Harganya juga terjangkau, dan jika diberi uang lebih, pelanggan akan mendapatkan bonus pijat.
"Saya mematok harga murah kok, hanya 10 ribu per kepala. Namun, jika pelanggan ingin dipijat, tambah 3 ribu," ungkap Malik.
Berkat keuletan dan kesabarannya, Malik termasuk pengusaha jasa yang sukses. Kini, Barber Soap miliknya jarang sepi pengunjung.