Menjelang Natal dan Tahun Baru, Petani Cemara di Tretes Kebanjiran Pesanan

Petani Cemara di Tretes Kebanjiran Pesanan
Sumber :
  • Reconstantine Jeneva Carravello/ VIVA Banyuwangi

Pasuruan, VIVA Banyuwangi –Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), kawasan wisata Tretes di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menjadi pusat perhatian. Para petani cemara di daerah ini tengah kebanjiran pesanan pohon cemara untuk hiasan Natal. Cemara jenis Poa-poa menjadi favorit pelanggan karena keunikan dan daya tahannya yang luar biasa. Artikel ini akan mengupas bagaimana petani lokal di Tretes memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan perekonomian desa mereka.

Cemara Poa-poa: Pilihan Favorit yang Langka dan Tahan Lama

Pohon cemara jenis Poa-poa dikenal memiliki daya tarik tersendiri. Daunnya yang tidak mudah rontok, bahkan setelah perjalanan pengiriman yang panjang hingga satu bulan, menjadi alasan utama cemara ini banyak diminati. Sebagai tanaman yang tumbuh subur di lereng Gunung Welirang, sekitar 500 batang cemara Poa-poa ditanam oleh petani di kawasan ini.

“Poa-poa sangat mudah dirawat. Cukup disiram secukupnya saat musim kemarau, tanaman ini bisa tumbuh dengan subur. Jika ada ranting yang terlalu panjang, tinggal dipotong agar tampak rapi,” ujar Kharim, salah satu petani cemara di Tretes.

Proses Panjang Sebelum Pengiriman

Persiapan pengiriman pohon cemara ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Lombok, dan Medan bukanlah hal yang instan. Sebelum dikirim, pohon cemara harus melalui proses karantina untuk memastikan kondisinya tetap prima. Setelah itu, cemara ditanam kembali dalam pot agar tampil cantik sebagai hiasan Natal.

Kegiatan ini menjadi sumber penghasilan utama bagi para petani, terutama saat permintaan meningkat pesat menjelang akhir tahun. “Tahun ini kami bisa mengirim hingga 400 pohon sekali kirim, jauh lebih banyak dibanding tahun lalu,” ungkap Nuriyanto, seorang pedagang pohon cemara.

Harga Terjangkau, Peluang Besar

Pohon cemara Poa-poa dijual dengan harga yang sangat terjangkau. Untuk ukuran 2 meter, harga hanya sekitar Rp300 ribu. Sementara itu, pohon yang lebih besar dijual dengan harga Rp500 ribu hingga Rp700 ribu, tergantung ukurannya. Harga ini menjadikan cemara Poa-poa pilihan ekonomis bagi masyarakat yang ingin mempercantik suasana Natal di rumah mereka.

Namun, permintaan yang tinggi ini juga menjadi tantangan. Petani berharap semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk membudidayakan pohon cemara Poa-poa, sehingga pasokan tetap terjaga di tahun-tahun mendatang.

Potensi Ekonomi Lokal dari Budidaya Cemara

Budidaya pohon cemara Poa-poa tidak hanya menjadi peluang bisnis musiman, tetapi juga potensi ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat desa di lereng Gunung Welirang. Dengan perawatan yang relatif mudah dan pasar yang terus berkembang, tanaman ini dapat menjadi sumber penghasilan tetap.

“Harapan kami, lebih banyak petani yang mulai menanam cemara Poa-poa agar perekonomian desa terus terangkat,” kata Kharim.

Tradisi memasang pohon cemara sebagai dekorasi Natal membawa berkah tersendiri bagi petani di kawasan Tretes, Pasuruan. Cemara jenis Poa-poa yang khas tidak hanya mempercantik perayaan Natal, tetapi juga menjadi simbol semangat petani lokal dalam menghidupkan perekonomian desa. Dengan harga terjangkau dan daya tahan yang luar biasa, pohon ini menjadi pilihan sempurna untuk menyambut Natal dan Tahun Baru.