Cuaca Ekstrem di Banyuwangi Selatan, Pohon Jati Tumbang: Alam atau Alarm?
- Humas Perhutani Banyuwangi Selatan
Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Deru angin kencang yang datang bersama hujan deras baru-baru ini bukan hanya meninggalkan jejak genangan di jalanan, tetapi juga menumbangkan raksasa-raksasa hijau di Banyuwangi Selatan. Sebanyak 10 pohon jati besar di kawasan Sumber Gedang roboh, menandai peringatan serius terhadap dampak cuaca ekstrem yang kian sering terjadi.
Pohon-pohon jati yang tumbang ini bukan sekadar kayu yang kehilangan akar cengkeramannya. Mereka adalah saksi bisu dari keseimbangan alam yang kini diuji. Wakil Administratur Perhutani, Giman, mengungkapkan bahwa pohon-pohon tersebut memiliki ukuran lingkar yang beragam, mulai dari 1,29 meter hingga 1,76 meter.
“Jumlahnya ada 10 pohon. Semuanya sudah diproses dan diangkut ke TPK Gaul untuk pengajuan lebih lanjut. Kayu-kayu ini akan diusulkan sebagai tebangan D, yaitu kategori akibat bencana alam, dan selanjutnya akan dikelola oleh KBM untuk proses penjualan,” jelasnya.
Menariknya, kejadian serupa juga terjadi di Jember, di mana tujuh pohon jati berusia sekitar 70 tahun turut roboh akibat angin puting beliung. Apakah ini hanya sekadar fenomena alam biasa, atau ada sinyal yang ingin disampaikan oleh lingkungan?
Bencana ini juga menyoroti isu lain yang tak kalah penting: potensi penebangan liar di tengah hutan yang melemah akibat cuaca ekstrem. Apakah pohon-pohon yang tumbang ini akan tetap dikelola sesuai prosedur, atau justru menjadi peluang bagi pihak yang ingin mengambil keuntungan?
Saat alam berbicara melalui angin dan hujan, apakah manusia akan mendengar dan bertindak, atau sekadar mencatat kerugian?