Tips Sehat Selama Ramadhan Dengan Tepat Menggunakan Obat

apt. Ida Rosita Musyarofah NS, S. Si., M. Pharm. Sc
Sumber :
  • Istimewa / VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi – Oleh : apt. Ida Rosita Musyarofah NS, Ssi., M.Pharm. Sci RSUD Genteng Kabupaten Banyuwangi

Allah berfirman, yang artinya “Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).

 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kurnia Allah karena di bulan itu banyak kebaikan yang diberikan Allah kepada hambanya apabila melaksanakan syariat Nya.

 

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad (8991))

 

Sehingga sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan tetap menjaga kesehatan tubuh kita.

 

Nah agar tetap sehat di bulan ramadhan dan tepat menggunakan obat maka ikutilah tulisan dibawah ini:

 

 

Minum Obat Saat Puasa

Pada saat puasa obat oral (obat yang diminum melalui mulut) hanya bisa diminum pada jam setelah buka puasa sampai sebelum subuh (saat sahur), berarti harus ada pengaturan minum obatnya.

 

Kalau frekwensi minum obat hanya satu kali sehari sebenarnya tidak masalah karena bisa diminum pada saat setelah sahur untuk yang biasa diminum pagi hari saja atau pada saat malam hari sebelum tidur seperti biasanya.

 

Demikian juga kalau frekwensi minum obatnya 2 kali sehari maka bisa dilakukan pada saat berbuka dan pada saat sahur. Yang dibutuhkan adalah keteraturan tepat waktu minum obatnya.

 

Namun apabila frekwensi minum obat nya 3 kali sehari maka perlu diatur jamnya sesuai dengan pembagian jam atau interval waktu yang sama antara waktu buka sampai sahur sekitar pukul 18.00 – 04.00.

 

Sehingga dengan selisih yang sama (interval waktu tiap 5 jam) didapatkan jam minum obat adalah jam/pukul 18.00, jam/pukul 23.00, dan jam/pukul 04.00 (sesuaikan dengan jadwal waktu imsakiyah wilayah setempat).

 

Sebagian besar obat dapat diubah jadwalnya seperti ini tanpa mengubah efek terapinya secara signifikan, termasuk penggunaan antibiotika.

 

Atau bisa meminta kepada dokter agar diberikan obat pengganti dengan indikasi yang sama dalam bentuk sediaan lepas lambat atau aksi panjang sehingga frekwensi penggunaan obat bisa dikurangimenjadi 2 kali atau satu kali sehari.

 

 

Aturan Minum Obat Sebelum Makan dan Sesudah Makan

Studi tentang interaksi obat-obat, makanan-obat, dan ramuan-obat serta faktor genetik yang mempengaruhi farmakokinetik dan farmakodinamik diharapkan dapat meningkatkan keamanan obat dan memungkinkan terapi obat individual.

 

Obat dapat menunjukkan khasiatnya hanya jika diberikan dalam jumlah yang tepat, kombinasi obat dan makanan yang tepat, serta pada waktu yang tepat.

 

Maka ketika ada informasi penggunaan obat sebelum makan sebaiknya diminum setengah jam sebelum makan karena obat tersebut berarti adalah obat yang baik diabsorbsi ketika lambung kosong.

 

Contoh obat hipertensi golongan ACEinhibitor seperti ramipril, jika aturannya 1 x sehari sebelum makan maka obat ramipril diminum setengah jam sebelum makan 1 tablet.

 

Demikian juga ketika diinformasikan obat tersebut diminum sesudah makan maka sebaiknya diminum 5-10 menit setelah makan besar, karena berarti obat tersebut bisa mengiritasi lambung atau penyerapannya bagus ketika ada makanan.

 

Contoh obat hipertensi golongan antagonis kalsium seperti amlodipin, aturannya 1 x sehari sesudah makan maka amlodipin diminum pagi hari 5-10 setelah makan besar 1 tablet (karena tekanan darah tinggi pada pagi hari).

 

Atau kalau selama puasa ada obat yang diminum pada tengah malam dan sesudah makan, maka bisa diminum setelah makan roti atau sejenisnya.

 

Dengan semakin meningkatnya pasien penyakit kronis di Indonesia, maka perlu diperhatikan juga penggunaan obat pada penyakit kronis selama puasa.

 

Misalnya pasien dengan penyakit kronis seperti hipertensi, asma dan epilepsi yang harus menggunakan obat secara teratur dapat tetap berpuasa, dengan mengatur waktu minum obatnya pada saat berbuka dan sahur.

 

Minta kepada dokter untuk memberikan obat-obat yang bersifat aksi panjang sehingga cukup diminum sekali atau dua kali sehari.

 

Secara umum kondisi harus tetap dijaga dengan mengatur makanan, misalnya mengurangi garam atau lemak, banyak minum air putih, olahraga secara cukup.

 

Pasien asma dengan penggunaan inhaler secara teratur dapat menggunakan inhalernya pada saat setelah waktu buka puasa dan pada saat sahur.

 

Namun jika diperlukan penggunaan inhaler pada saat serangan akut di siang hari, pasien dapat membatalkan puasanya.

 

Pasien hipertensi perlu memantau tekanan darahnya lebih kerap pada bulan puasa daripada bulan tidak puasa.

 

 

Obat yang Tidak Membatalkan Puasa

 

1.     Tetes mata dan telinga

2.     Obat-obat yang diabsorpsi melalui kulit (salep, krim, plester)

3.     Obat yang digunakan melalui vagina, seperti suppositoria

4.     Obat-obat yang disuntikkan, baik melalui kulit, otot, sendi, dan vena, kecuali pemberian makanan via intravena

5.     Pemberian gas oksigen dan anestesi

6.     Obat yang diselipkan di bawah lidah (seperti nitrogliserin untuk angina pectoris)

7.     Obat kumur, sejauh tidak tertelan.

 

Demikian sedikit sharing terkait tips sehat selama ramadhan dengan tepat menggunakan obat, semoga bermanfaat dan amal ibadah puasa kita diterima Allah SWT. Aamiin