Cerita Petani Banyuwangi Sukses Terapkan Pertanian Terpadu
- Dok. Pemkab Banyuwangi/ VIVA Banyuwangi
“Hasil prosesing limbah tersebut saya manfaatkan untuk pemupukan di sawah (tanaman Padi), sehingga bisa mengurangi dosis pemakaian pupuk kimia sehingga lebih hemat dan ramah lingkungan,” urai Nuryanto.
Selain untuk kebutuhan sendiri, Nuryanto juga menjual pupuk organik yang dia produksi. “Sekarang permintaan semakin banyak. Rata-rata petani hortikutura di sekitar desa ini membeli pupuk organik dari saya. Ini menjadi tambahan penghasilan juga,” kata Nuryanto.
Di lahan miliknya, Nuryanto juga menanam rumput gajah untuk makanan puluhan dombanya. Dengan demikian dia bisa menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu mencari rumput ke tempat lain.
“Saya juga punya cara untuk memastikan stok pangan domba-domba. Saya buat fermentasi dari rumput gajah yang bisa tahan sampai tiga hari. Saya tidak perlu mengambil rumput setiap hari,” ujar dia.
Setelah tiga tahun menerapkan konsep pertanian terintegrasi ini, Nuryanto mengaku kondisi lahannya menjadi semakin subur. “Hasil panennya juga lebih baik. Beras saya lebih enak dan pulen,” ujarnya.
Bupati Ipuk yang mengunjungi lahan pertanian Nuryanto, berharap ini bisa diterapkan pada kelompok tani di Banyuwangi.
“Ini contoh penerapan konsep pertanian yang berkelanjutan. Konsep pertanian terintegrasi seperti ini terbukti menguntungkan karena semua proses bertaninya saling berkaitan, antara tanaman pangan maupun peternakannya. Kalau bisa ilmunya ditularkan ke petani sekitar,” ujar Ipuk.