Monkeypox Mulai Mengintai Indonesia, Kenali dan Waspadalah!

Ratas terkait antisipasi mpox
Sumber :
  • Dok. Antara/ VIVA Banyuwangi

Jakarta, VIVA Banyuwangi –Dalam menghadapi ancaman penyebaran cacar monyet atau monkeypox (Mpox), Praktisi Kesehatan Masyarakat, dr. Ngabila Salama, menekankan pentingnya langkah preventif yang lebih intensif dari pemerintah.

Hal yang disoroti adalah pemantauan yang ketat terhadap mekanisme penularan penyakit ini, guna mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas.

"Pemantauan mekanisme penularan setiap kasus harus terus dilakukan. Selain itu, penting untuk memperhatikan perkembangan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kejadian di sejumlah negara," ujar Ngabila di Jakarta, Rabu 28 Agustus 2024.

Pengawasan Ketat Terhadap Mekanisme Penularan

Pemantauan terhadap kasus-kasus Mpox menjadi sangat penting, terutama dalam mengidentifikasi apakah ada indikasi penyebaran melalui udara (airborne).

Hal ini diutarakan oleh dr. Ngabila mengingat dampak yang sangat besar jika Mpox bisa menular lewat udara.

Menurutnya, jika memang ditemukan adanya penularan airborne, hal ini bisa mempercepat laju penyebaran, mirip dengan yang terjadi pada COVID-19.

Lebih lanjut, Ngabila mengusulkan agar pemerintah melakukan Whole Genome Sequencing (WGS) pada setiap kasus positif Mpox.

Prosedur ini penting untuk mengidentifikasi varian yang ada dan memahami karakteristiknya.

"Tren varian tersebut harus dianalisis, apakah lebih cepat menular atau bahkan memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi," jelasnya.

Langkah Mitigasi untuk Mengantisipasi Eskalasi Kasus

Selain pemantauan, dr. Ngabila juga menekankan pentingnya mitigasi risiko jika terjadi eskalasi kasus Mpox di Indonesia.

Langkah-langkah mitigasi yang harus dilakukan mencakup deteksi, pencegahan, dan respons yang cepat.

"Deteksi dilakukan melalui tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dan WGS. Pencegahan bisa dilakukan dengan program vaksinasi, baik yang gratis maupun berbayar. Sedangkan respons harus mencakup penyiapan kapasitas ruang isolasi dan rujukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan," tambah Ngabila.

Pemerintah juga disarankan untuk memasukkan vaksinasi Mpox dalam rekomendasi imunisasi nasional, seperti yang telah dilakukan pada vaksinasi Human Papillomavirus (HPV).

Menurut Ngabila, pendekatan terhadap Mpox harus menganggapnya sebagai penyakit menular seksual, sehingga fokusnya lebih pada pencegahan.

"Vaksinasi Mpox harus menjadi bagian dari jadwal imunisasi rutin yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI), dan Kementerian Kesehatan RI," ungkapnya.

Pentingnya Vaksinasi dan Sertifikasi Internasional

Dr. Ngabila juga menyarankan agar vaksinasi Mpox dijual bebas di pasaran.

Hal ini diharapkan bisa meningkatkan akses masyarakat terhadap vaksin tersebut, terutama bagi mereka yang membutuhkan perlindungan ekstra.

Ia juga menyarankan agar penerima vaksin Mpox mendapatkan International Certificate of Vaccination (ICV) , sebuah buku kuning sebagai bukti vaksinasi yang bisa diakui secara internasional.

"Seperti yang dilakukan beberapa negara, jika ada syarat vaksinasi Mpox untuk perjalanan internasional, maka ICV bisa menjadi bukti vaksinasi yang valid," tambah Ngabila.

Dengan langkah-langkah tersebut, dr. Ngabila berharap Indonesia dapat memperkuat pertahanan terhadap penyebaran Mpox dan mencegah terjadinya peningkatan kasus yang signifikan.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, penularan penyakit ini diharapkan dapat ditekan seminimal mungkin.