Angka Stunting di Banyuwangi Turun Drastis, Setelah Digelontor Dana Rp.7 Miliar
Banyuwangi – Keseriusan percepatan penanganan angka stunting di Banyuwangi akhirnya membuahkan hasil. Kasus balita dengan permasalahan tumbuh kembang ini turun sebesar 50 persen.
Menurut data Dinas Kesehatan Banyuwangi, angka stunting pada tahun 2022 sebanyak 2.704 jiwa. Jumlah tersebut jauh menurun dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 4.371 jiwa. Terjadi penurunan secara signifikan, sekitar 50 persen.
Namun, sejak Pemkab Banyuwangi mengalokasikan Rp 7 miliar untuk mempercepat penurunan stunting. Kini turun sebesar 50 persen.
"Soal stunting menjadi salah satu prioritas kami tahun ini. Sudah kita hitung, anggarannya disiapkan Rp7 miliar, untuk intervensi nutrisi ke ibu hamil risiko tinggi dan bayi di bawah dua tahun atau baduta," kata Henik Setyorini, Senin (17/04/2023).
Henik menjelaskan anggaran tersebut dialokasikan ke 25 Kecamatan secara proporsional. Penggunaan anggaran bantuan pemkab itu diberikan ke kecamatan yang telah bekerjasama dengan warung atau penjual sayur keliling (Mlijoan) untuk menyalurkan makanan bernutrisi, seperti telor, ikan, ayam, daging kepada bayi dan dan ibu hamil resiko tinggi (bumil risti).
"Jadi dengan program ini, selain dipergunakan untuk bayi dan ibu hamil agar mendapat tambahan asupan nutrisi, berdampak ke warung-warung dan mlijoan juga mendapat manfaat. Ini juga upaya untuk meningkatkan ekonomi arus bawah," jelas Henik.
Di lapangan, pihak kecamatan dibantu petugas yang dibentuk oleh pemerintah desa dalam penanganan stunting. Banyuwangi telah mengidentifikasi data by name, by address, berikut dengan faktor risikonya.
Dari jumlah total 2.704 jiwa tersebut terdapat jumlah sasaran skala prioritas, yakni 1296 jiwa. Di antaranya terdiri dari 792 bayi stunting di bawah 2 tahun dari keluarga miskin (0-2) stunting. Selain itu terdapat sekitar 504 bumil risti dari keluarga miskin.
"Alhamdulillah, berkat kerja keras oleh pemerintah daerah bersama dengan stakeholder dan SKPD terkait. Angka kasus stunting mengalami penurunan," ujar henik.
Ditambahkan Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Henik Setyorini, penanganan capaian penurunan stunting di setiap kecamatan dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai oleh Camat bersama Kepala Puskesmas, dengan anggota tenaga kesehatan, dan elemen kader lainnya.
"Tim inilah bertugas melakukan monev dan input data secara realtime," kata Henik.
Laporan capaian penurunan angka kasus stunting, kata Henik, disampaikan pada acara rapat koordinasi bersama dengan camat, mahasiswa, perwakilan Dinas Kesehatan Banyuwangi, Dinas Pertanian dan Pangan, Dinas Kominfo dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PUDAM) Banyuwangi.
"Kita sengaja mengundang hadirkan berbagai pihak untuk hadir di acara rapat koordinasi hari ini, yang bertujuan untuk mendukung dan bekerjasama gotong royong untuk menuju zero stunting di Banyuwangi," tegas Henik.