Tradisi Bersih Dusun; Masyarakat Desa Kepundungan Menjaga Kelestarian Budaya dengan Rasa Syukur

Ratusan warga dusun pekulo berkumpul dilokasi selamatan
Sumber :
  • jumroini subhan / Viva Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi - Desa Kepundungan, Kecamatan Srono, merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 dengan menggelar acara Besih Desa di Dusun Pekulo.

Sejumlah warga turut berpartisipasi dalam ritual bersih Desa, diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai upaya memperoleh perlindungan dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Acara dimulai dengan doa yang dipimpin oleh sesepuh desa, memohon kepada Tuhan agar seluruh warga senantiasa diberikan perlindungan dan keberkahan dalam menjalani rutinitas sehari-hari.

Selamatan di lokasi sumber mata air suci

Photo :
  • jumroini subhan / Viva Banyuwangi

Setelah doa selesai, Kepala Dusun Pekulo, Agus (48), menyiramkan air di tengah jalan. Air yang digunakan merupakan air suci yang diambil dari sumber mata air di desa tersebut.

Sumber mata air yang dianggap suci ini terletak di bawah pohon beringin, dekat sawah di Dusun Pekulo. Meskipun musim kemarau berkepanjangan, air dari sumber mata air ini menurut warga sekitar tidak pernah kering, air itu juga mengairi ratusan hektar persawahan di wilayah tersebut.

Prosesi siraman air ini memiliki makna sebagai simbol pembersihan dusun sekaligus tolak bala, dengan harapan agar seluruh warga Desa Kepundungan dijauhkan dari segala macam mara bahaya.

Andre Subandriyo, tokoh masyarakat, menjelaskan bahwa sebelum dilaksanakannya acara Besih Dusun, sejumlah warga melakukan ritual dan selamatan di Sumber Jeding untuk mengambil mata air yang akan digunakan dalam acara tersebut.

Air yang mengalir dari pusat mata air di bawah pohon beringin itu kemudian dimasukkan ke dalam kendi sebagai sarana selamatan dalam acara Besih Desa di Dusun Pekulo.

"Alhamdulillah, setiap tahun kami selalu melaksanakan selamatan bersih dusun. Semoga seluruh warga selalu mendapat perlindungan dan keberkahan," ungkap Andre Subandriyo.

Yang menarik, sekitar seribu ancak dinikmati oleh warga setempat, tidak hanya warga sekitar namun juga diperuntukkan bagi warga luar desa yang hadir dalam acara tersebut.

Setelah acara digelar, warga berebut buah-buahan dan tanaman hasil bumi sebagai tanda syukur atas limpahan hasil yang diperoleh di lokasi acara yang sebelumnya dipersiapkan sebagai sarana selamatan.

Masyarakat percaya bahwa terdapat berkah tersendiri jika mereka berhasil mendapatkan salah satu dari hasil bumi yang disediakan.