Pemusik Jalanan di Genteng Banyuwangi, Menghibur Pengguna Jalan di Tengah Kepadatan Mudik

Seniman jalanan di lampu merah Genteng
Sumber :
  • Jumroini Subhan

Banyuwangi – Lebaran tinggal menghitung hari, waktu yang tidak disia-siakan oleh pengais rezeki di jalan, seperti sekelompok pengamen yang berjasa menghibur pengguna jalan, terutama saat ini ketika kepadatan arus mudik sudah mulai membanjiri jalan raya Nasional, Banyuwangi.

Seperti yang terlihat di sudut Kota Genteng, terdapat pengamen yang sedang menghibur pengguna jalan. 

Musisi jalanan ini memiliki kemampuan memainkan alat musik yang tak kalah hebat dengan musisi terkenal di televisi, mereka memainkan alat musik dengan sangat lihai dan dapat dikatakan sebagai musisi kawakan.

Lagu demi lagu dinikmati oleh pengguna jalan di sela waktu mengantre akibat kepadatan kendaraan yang melintas di jalan Kota Genteng. 

"Lagu dangdut koplo yang kami mainkan, agar pengguna jalan tidak bosan karena antrean," ujar salah satu anggota grup.

Meskipun alat musik yang mereka gunakan sederhana, mulai dari angklung sampai tamborin, namun hasilnya terdengar sangat merdu dan dapat membuat pengendara sedikit rileks.

Seperti yang dijelaskan oleh Eko Purwanto (38), salah satu pemudik dari Surabaya yang hendak mudik ke kampung halaman, ia merasa terhibur dengan musisi jalanan yang kreatif dan bermanfaat bagi pengguna jalan. 

"Sangat terhibur, ini bisa membuat kita sedikit rileks dari perjalanan yang jauh. Apalagi saat terjebak macet, ini benar-benar membuat kami terhibur," ungkapnya.

Eko, berharap agar pemerintah daerah dapat memberi wadah bagi anak-anak kreatif seperti mereka. Selain itu, penghibur jalanan ini dapat menghilangkan kejenuhan di jalan dan bisa dibilang mampu menekan angka kecelakaan.

Kemacetan di jalur jalan Gajah Mada, kota Genteng, masih bersifat normatif, hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu. Terlihat kendaraan semakin bertambah karena arus mudik telah dimulai.

Sementara itu, ketua pemusik jalanan Subegi (40) mengaku bahwa pada awal Ramadan, pendapatan mereka lebih sepi dari hari biasanya. 

Namun, hari ini jelang hari raya, pendapatan mereka mulai meningkat karena banyaknya pengendara dan pemudik yang melintas.

"Baru sekarang pendapatan kita mulai agak ramai, mungkin karena banyaknya pemudik. Yang pasti, nanti saat hari raya, pasti akan semakin ramai," terangnya.

Kelompok musisi jalanan ini dikenal dengan nama "Anjal Musik" dan mereka memainkan berbagai alat musik seperti gambang, angklung, tamborin, dan tripop. Kelompok ini terdiri dari sembilan orang.

"Kami sangat bersyukur bisa mengamen seperti ini. Awalnya kami mengamen di atas bus, namun setelah adanya pandemi Covid-19, kami harus berhenti dan kini kami mulai lagi dengan ngamen ditepi jalan raya.” Uangkap Subegi.

Mereka yang merupakan anak jalanan patut menjadi teladan, meskipun pekerjaan mereka dianggap melanggar aturan dan sering dibubarkan oleh SatpolPP. 

Akan tetapi, setiap bulannya mereka mewajibkan menyisihkan sebagian pendapatan dari ngamen untuk disumbangkan kepada anak yatim dan dhuafa.

Mereka berharap agar pemerintah memberikan fasilitas atau kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan bakat mereka agar mendapatkan penghasilan yang lebih layak. 

Selain itu, mereka juga berusaha tidak mengganggu pengguna jalan dan sadar bahwa tindakan mereka hanya bertujuan untuk mencari nafkah, bukan mengganggu orang lain.