Sikerei Mentawai: Sang Penjaga Roh Leluhur yang Masih Hidup di Tengah Modernitas
- jurnal minang
Salah satu upacara adat paling terkenal adalah Punen, ritual syukur yang melibatkan tarian Sikerei. Dalam tarian ini, Sikerei memakai pakaian tradisional dari daun kelapa dan manik-manik, lengkap dengan tubuh yang dipenuhi tato khas Mentawai. Tato tersebut dipercaya sebagai pelindung spiritual sekaligus simbol status sosial.
Tarian Sikerei diiringi alat musik tradisional seperti gendang dan gong. Gerakan tariannya mengikuti irama alam, menggambarkan hubungan erat antara manusia dengan kekuatan mistis.
"Gerakan tari Sikerei adalah doa dalam bentuk seni," jelas Jekson Ukur, seorang peneliti seni tradisional. Ritual ini sering diadakan untuk menyambut kelahiran, pernikahan, atau mengusir roh jahat yang dianggap membawa penyakit.
Mitos dan Urban Legend yang Mengelilingi Sikerei
Tradisi Sikerei tidak lepas dari mitos yang mengundang rasa ingin tahu. Salah satu mitos yang terkenal adalah kemampuan Sikerei untuk mengubah diri menjadi hewan, seperti burung atau harimau, demi melindungi komunitasnya.
Selain itu, masyarakat percaya bahwa Sikerei memiliki kekuatan untuk mengendalikan cuaca. Legenda menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat, Sikerei dapat memanggil hujan atau menghentikan badai.
Kisah-kisah ini telah menjadikan tradisi Sikerei sebagai daya tarik, tidak hanya bagi wisatawan lokal tetapi juga mancanegara. Bahkan, beberapa peneliti asing tertarik untuk mempelajari bagaimana mitos ini memengaruhi kehidupan masyarakat Mentawai.