Sejarah Terbentuknya Banyuwangi: Dari Masa Lampau Hingga Kini
- Dovalent Vandeva Derico/ VIVA Banyuwangi
Memasuki masa kolonial, Banyuwangi mengalami perubahan signifikan. Belanda yang datang ke Indonesia pada abad ke-16, mulai menguasai daerah-daerah strategis termasuk Banyuwangi. Pada tahun 1771, Banyuwangi resmi menjadi bagian dari Hindia Belanda. Salah satu peninggalan penting dari masa ini adalah pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya Daendels yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan.
Selain itu, Belanda juga memperkenalkan sistem perkebunan di Banyuwangi. Daerah ini dikenal subur dengan hasil bumi seperti kopi, teh, dan karet. Banyaknya perkebunan ini membawa pengaruh besar pada perkembangan ekonomi Banyuwangi pada masa itu.
Masa Kemerdekaan dan Perkembangan Banyuwangi
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Banyuwangi menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur. Perubahan pemerintahan ini membawa dampak pada pembangunan dan perkembangan wilayah Banyuwangi. Pada tahun 1970-an, pembangunan infrastruktur terus meningkat dengan dibangunnya Pelabuhan Ketapang, yang menghubungkan Banyuwangi dengan Pulau Bali.
Perubahan signifikan terjadi pada awal abad ke-21. Banyuwangi mulai bertransformasi menjadi destinasi wisata yang populer. Pemerintah daerah mempromosikan berbagai potensi wisata seperti Kawah Ijen dengan fenomena blue fire-nya, Pantai Plengkung yang menjadi surga bagi peselancar, dan Taman Nasional Alas Purwo yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Kebudayaan dan Tradisi
Tidak hanya keindahan alamnya, Banyuwangi juga kaya akan budaya dan tradisi. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Tari Gandrung, sebuah tarian yang awalnya sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan. Tari Gandrung kini menjadi ikon budaya Banyuwangi dan sering ditampilkan dalam berbagai acara dan festival.