Didong, Syair Mistis dari Tanah Gayo yang Menggetarkan Jiwa

Didong: Syair Mistis dari Tanah Gayo yang Menggetarkan Jiwa
Sumber :
  • popularitas.com

Budaya, VIVA BanyuwangiDidong, sebuah kesenian tradisional yang lahir dari Tanah Gayo, Aceh, merupakan perpaduan magis antara tari, vokal, dan sastra.

Ratoh Duek: Lebih dari Sekedar Tarian, Mengungkap Misteri dan Keagungan Tradisi Aceh yang Terlupakan

Lebih dari sekadar hiburan, Didong adalah cerminan filosofi hidup, sejarah, dan spiritualitas masyarakat Gayo yang diwariskan secara turun temurun.

Mari kita telusuri lebih dalam pesona Didong, mengungkap misteri dan keindahan yang tersimpan di dalamnya.

Asal Usul yang Diselimuti Kabut Waktu

Likok Pulo, Mistisisme Tari Pesisir Aceh yang Memukau

Seperti kebanyakan tradisi lisan, asal-usul Didong terselubung dalam berbagai versi cerita.

Ada yang meyakini Didong telah ada sejak zaman Reje Linge XIII, penguasa kerajaan Linge di Gayo.

Tari Tarek Pukat: Menghela Jala, Menarik Legenda, Merajut Kebersamaan di Bumi Serambi Mekah

Versi lain menyebutkan bahwa Didong berakar dari kata "dendang", yang berarti nyanyian penuh kegembiraan.

Legenda yang populer di kalangan masyarakat Gayo menceritakan tentang asal-usul Didong yang berkaitan dengan kisah mistis.

Konon, Didong bermula dari pertemuan seorang pemuda bernama Bengkel dengan seorang putri jelmaan bidadari.

Sang putri mengajarkan Bengkel syair-syair indah dan gerakan tari yang kemudian dikenal sebagai Didong.

Filosofi Hidup yang Tercermin dalam Gerak dan Syair

Didong bukan sekadar tarian, melainkan juga media untuk menyampaikan pesan moral, nilai-nilai kehidupan, dan kritik sosial.

Setiap gerakan dan syair dalam Didong sarat makna. Gerakan dinamis para penari mencerminkan semangat dan kerja keras masyarakat Gayo.

Syair-syair yang dilantunkan mengandung petuah bijak, nasihat, sindiran, bahkan humor.

Mistis dan Mitos yang Menyelimuti Didong

Aura mistis begitu kental terasa dalam pertunjukan Didong. Masyarakat Gayo percaya bahwa para Ceh (penyanyi Didong) memiliki kemampuan supranatural.

Mereka diyakini mampu menghubungi roh halus, menyembuhkan penyakit, bahkanmempengaruhi cuaca.

Salah satu mitos yang berkembang adalah larangan melaksanakan Didong di sembarang tempat.

Konon, melanggar pantangan tersebut dapat menimbulkan bencana atau kesialan.

Eksistensi Didong di Era Modern

Meskipun zaman terus berubah, Didong tetap eksis di tengah masyarakat Gayo.

Generasi muda aktif melestarikan kesenian ini melalui berbagai sanggar dan komunitas.

Didong juga sering ditampilkan dalam acara adat, festival budaya, bahkan pernikahan.

Jenis-jenis Didong

Didong memiliki beberapa jenis, di antaranya:

- Didong Jalu: Didong yang dipertandingkan antara dua kelompok.

- Didong Beru: Didong yang dibawakan oleh perempuan.

- Didong Musara: Didong yang berfungsi sebagai media dakwah.

Keunikan Didong yang Memikat Hati

Didong memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya unik, antara lain:

- Interaksi yang hidup antara Ceh dan penonton. Ceh sering melemparkan pantun atau teka-teki kepada penonton, menciptakan suasana yang interaktif dan meriah.

- Improvisasi syair yang menantang. Para Ceh harus mampu menciptakan syair secara spontan berdasarkan tema yang diberikan.

- Iringan musik yang energik. Tepukan tangan, hentakan kaki, dan suara gong menciptakan ritme yang menggetarkan jiwa.

Didong Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Pada tahun 2015, Didong ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Penetapan ini merupakan bentuk pengakuan dan apresiasi terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Didong.