Keagungan Masjid Tuha Indrapuri Bisikan Sejarah, Mitos, dan Ritual di Tanah Rencong

Keagungan Masjid Tuha Indrapuri Bisikan Sejarah, Mitos, dan Ritual
Sumber :
  • meuseuraya.id

Budaya, VIVA Banyuwangi –Di jantung Provinsi Aceh, tepatnya di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, berdiri kokoh sebuah masjid tua yang menyimpan sejuta cerita.

Mitos Bidadari dan Pesona Tersembunyi Air Terjun Suhom Surga di Balik Hutan Aceh yang Menyejukkan

Masjid Tuha Indrapuri, namanya. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga jendela yang menghadap ke masa lalu, sebuah monumen yang merekam jejak peradaban dan spiritualitas masyarakat Aceh.

Dari Candi Hindu hingga Rumah Allah

Sejarah Masjid Tuha Indrapuri bermula jauh sebelum Islam menjejakkan kakinya di bumi Serambi Mekkah.

Bidadari Diceritakan Turun di Air Terjun Saat Bulan Purnama, ini Penjelasannya

Di atas tanah seluas 33.875 meter persegi, dahulu berdiri sebuah candi Hindu yang megah.

Namun, seiring berjalannya waktu dan bergantinya kekuasaan, candi tersebut runtuh dan menyisakan puing-puing.

Mitos Bidadari di Air Terjun Madakaripura Antara Realita dan Legenda

Pada awal abad ke-17, Sultan Iskandar Muda, penguasa Aceh Darussalam yang visioner, memerintahkan pembangunan sebuah masjid di atas reruntuhan candi tersebut.

"Masjid ini harus menjadi simbol keagungan Islam di Aceh," titah sang Sultan.

Maka, pada tahun 1618 Masehi, Masjid Tuha Indrapuri pun berdiri tegak, menandai babak baru dalam sejarah tanah Aceh.

Arsitektur yang Memukau

Keunikan Masjid Tuha Indrapuri terlihat jelas dari arsitekturnya yang memadukan unsur Islam dan Hindu.

Atapnya yang bertingkat-tingkat mengingatkan pada bentuk pagoda, sementara mihrab dan mimbarnya mencerminkan gaya khas masjid-masjid di Nusantara.

"Perpaduan dua budaya ini menjadi bukti toleransi dan akulturasi yang telah lama hidup di Aceh," ujar Hasan, seorang sejarawan lokal.

Mitos dan Legenda yang Menyelimuti

Seperti halnya bangunan bersejarah lainnya, Masjid Tuha Indrapuri juga dihiasi dengan berbagai mitos dan legenda.

Adalah cerita tentang sumur ajaib yang terletak di halaman masjid. Konon, air sumur tersebut berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.

"Banyak peziarah yang datang untuk mengambil air sumur ini," tutur Ibu Fatimah, seorang warga setempat.

Selain itu, terdapat pula kisah tentang batu bata merah yang digunakan untuk membangun masjid.

Menurut legenda, batu bata tersebut dibawa langsung dari Kerajaan Lamuri, sebuah kerajaan Hindu kuno yang pernah berjaya di Aceh.

"Batu bata ini menjadi bukti keterkaitan Masjid Tuha Indrapuri dengan masa lalu," tambah Ibu Fatimah.

Tradisi dan Ritual Masyarakat

Masjid Tuha Indrapuri bukan hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh.

Berbagai tradisi dan ritual telah diwariskan secara turun-temurun di masjid ini.

Tradisi yang masih lestari hingga kini adalah kenduri blang, sebuah upacara syukuran yang dilakukan oleh para petani sebelum memulai musim tanam.

"Kami berdoa agar hasil panen melimpah dan dijauhkan dari segala bencana," kata Pak Ahmad, seorang petani.

Selain itu, terdapat pula tradisi zikir dan doa bersama yang dilakukan setiap malam Jumat.

"Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan memohon ampunan kepada Allah," jelas Pak Ridwan, imam masjid.

Lokasi dan Akses

Masjid Tuha Indrapuri terletak di Desa Pasar, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 24 kilometer dari Kota Banda Aceh.

Akses menuju lokasi cukup mudah, dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.

  • Masjid Tuha Indrapuri telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1986.
  • Masjid ini pernah digunakan sebagai pusat pemerintahan sementara Kerajaan Aceh Darussalam pada masa Sultan Muhammad Daudsyah.
  • Di sekitar masjid terdapat makam-makam kuno yang diyakini sebagai makam para ulama dan tokoh penting pada masa lalu.

"Masjid Tuha Indrapuri adalah warisan berharga yang harus kita jaga bersama. Semoga generasi mendatang dapat terus belajar dari sejarah dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya," pesan Hasan, sang sejarawan.