Nani Ura, Kuliner Tradisional Tapanuli Tengah yang Menggugah Selera hingga Kini
- Indonesia kaya
- 500 gram ikan tongkol segar (bisa diganti ikan laut lainnya)
- 1 batang serai, memarkan
- 3 cm jahe, memarkan
- 2 cm kunyit, memarkan
- 3 siung bawang putih, iris halus
- 4 butir bawang merah, iris halus
- 2 buah cabai merah, iris halus
- 2 lembar daun jeruk purut
- 2 sendok makan air asam jawa
- 1 sendok teh gula merah serut
- Garam dan penyedap rasa secukupnya
- 2 sendok makan minyak goreng
- Sayuran lokal (seperti daun ubi, daun singkong, atau sayuran lainnya)
Cara Membuat:
- Pertama-tama, siapkan ikan tongkol yang sudah dibersihkan dan dipotong-potong. Lumuri dengan sedikit garam, biarkan selama beberapa menit.
- Panaskan minyak dalam wajan, tumis bawang merah, bawang putih, cabai, serai, jahe, dan kunyit hingga harum dan bumbu matang.
- Masukkan potongan ikan tongkol dan daun jeruk. Aduk hingga ikan berubah warna.
- Tambahkan air asam jawa, gula merah, dan garam. Masak hingga ikan matang dan bumbu meresap.
- Setelah ikan matang, tambahkan sayuran yang telah dipilih. Masak hingga sayuran layu dan meresap rasa.
- Angkat dan sajikan nani ura hangat, nikmati dengan nasi putih.
Dengan bahan-bahan yang sederhana namun kaya rasa, nani ura menyajikan kelezatan yang menggugah selera. Kuliner ini menjadi contoh betapa makanan tradisional mampu menggabungkan kepraktisan dan cita rasa yang tak terlupakan.
Eksistensi Nani Ura Hingga Kini
Saat ini, meskipun modernisasi terus melanda, nani ura tetap eksis dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Tapanuli Tengah. Bahkan, kuliner ini tidak hanya bisa ditemukan di rumah-rumah penduduk, tetapi juga di sejumlah restoran dan warung makan yang menyajikan masakan khas daerah. Tak jarang, wisatawan yang datang ke Tapanuli Tengah juga mencoba nani ura sebagai bagian dari pengalaman kuliner mereka.
Menurut salah satu pemilik restoran di Tapanuli Tengah, "Nani ura bukan hanya sekedar makanan, tapi juga cerminan dari kekayaan budaya kami. Kami ingin generasi muda tetap melestarikannya." Pernyataan ini menunjukkan bahwa nani ura lebih dari sekedar hidangan, tetapi juga simbol dari kearifan lokal yang terus dijaga.