Donald Trump Pertimbangkan Tarif 10% untuk China, Mata Uang Yuan Melemah

Amerika Serikat, VIVA Banyuwangi –Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang dunia perdagangan global dengan pengumuman tarif baru sebesar 10% pada impor dari China, efektif mulai 1 Februari 2025. Langkah ini diambil sebagai respons atas tuduhan bahwa Beijing menjadi sumber fentanyl yang mengalir ke pasar gelap AS melalui Meksiko dan Kanada.

Pengumuman ini memicu gejolak di pasar keuangan Asia. Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,1%, sementara Shanghai Composite turun 0,7%. Tidak hanya itu, mata uang yuan (CNY) melemah signifikan, mencapai level terendah dalam setahun terhadap dolar AS. Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran pasar atas potensi eskalasi ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Namun, ada secercah harapan di tengah ketegangan ini. Para pejabat China menyambut kemungkinan negosiasi lebih lanjut untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Beberapa analis menilai bahwa langkah ini membuka peluang untuk menghindari perang dagang yang lebih luas, meskipun risiko tetap tinggi.

Selain itu, Trump juga mengarahkan ancamannya kepada Uni Eropa, menuduh surplus perdagangan yang tidak adil dan mengindikasikan kemungkinan tarif baru. Langkah ini menggarisbawahi komitmen pemerintahannya terhadap kebijakan proteksionisme perdagangan.

Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan tarif ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan ketidakpastian pasar. Mereka mendorong dialog diplomatik untuk menyelesaikan konflik perdagangan ini secara damai.