Mengenal Istilah Hustle Culture dan Dampak Negatif Terhadap Psikologis dan Kesehatan
- www.unplash.com
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Fenomena hustle culture semakin populer di era modern, terutama di kalangan generasi muda seperti Gen Z dan milenial. Istilah ini merujuk pada gaya hidup yang menekankan produktivitas tinggi dan bekerja keras tanpa henti, sering kali mengorbankan kesehatan dan kehidupan sosial demi mencapai kesuksesan. Namun, apakah budaya ini benar-benar membawa manfaat, atau justru memicu masalah psikologis dan fisik?
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan bahwa pengaruh media sosial sangat besar dalam mempromosikan hustle culture. Media sosial kerap menampilkan gaya hidup sukses yang terlihat menggiurkan, seperti pendapatan tinggi, karier cemerlang, dan kehidupan yang mewah. Hal ini memicu tekanan bagi banyak individu untuk terus bekerja keras, bahkan di luar batas wajar.
Apa Itu Hustle Culture?
Dilansir dari Viva.co.id, hustle culture adalah pola pikir yang menekankan kerja keras sebagai jalan utama menuju kesuksesan. Orang yang terjebak dalam budaya ini sering kali merasa bersalah jika tidak produktif, bahkan ketika mereka sedang beristirahat. Media sosial memainkan peran besar dalam menyebarkan budaya ini dengan menghadirkan narasi bahwa kesuksesan hanya bisa dicapai melalui kerja tanpa henti.
Sayangnya, hal ini membuat banyak orang mengabaikan pentingnya keseimbangan hidup. Istirahat dianggap sebagai bentuk kemalasan, sementara pekerjaan tanpa batas dianggap sebagai prestasi. Akibatnya, banyak individu mengalami tekanan psikologis yang tinggi.
Dampak Psikologis Hustle Culture
Psikolog dari UGM menyebutkan bahwa hustle culture dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental. Salah satu masalah yang sering muncul adalah burnout, yaitu kondisi kelelahan emosional dan mental akibat tekanan pekerjaan yang berlebihan. Gejala burnout meliputi kehilangan motivasi, kecemasan, bahkan depresi.