Indonesia Harus Belajar dari Jepang, Berdamai Dengan Gempa, Simak Caranya!
- www.reuters.com
Di Negeri Sakura, 10 menit sebelum gempa terdapat peringatan yang telah masuk ke handphone setiap Masyarakat. Bunyi peringatan tersebut mirip seperti alarm biasanya. Hal itu dimaksudkan agar Masyarakat lebih waspada.
Pemerintah Jepang mengajak beberapa perusahaan telekomunikasi di Jepang untuk membuat sistem peringatan dini yang bisa cepat diakses oleh masyarakat. NTT Docomo dan Badan Meteorologi Jepang berhasil membuat sebuah program yang bernama Early Warning Area Mail. Sistem peringatan itu tidak hanya berupa pesan yang masuk ke dalam ponsel, lebih dari itu system akan disinkronisasi dengan televisi, telepon kabel, dan radio.
Area Mail atau disebut juga Emergency Rapid Mail akan mengirimkan informasi yang diolah oleh Badan Meteorologi Jepang.Sistem ini mengeluarkan suara otomatis “Jinshin desu! Jihshin desu!” yang berarti ada gempa bumi.
Pembaruan Sistem di Kereta
Seperti kita ketahui, Jepang didominasi dan memiliki jaringan transportasi kereta peluru atau shinkansen. Untuk memastikan keselamatan seluruh penumpang, kereta dilengkapi dengan sensor gempa yang akan menghentikan laju kereta yang bergerak. Tengok saja bencana gempa berkekuatan 9,0 magnitudo pada 2011 lalu.
Kala itu, ada 27 kereta peluru yang beroperasi, di mana setiap kereta berhenti saat gempa-gempa kecil mulai mengguncang. Lalu, saat gempa besar melanda, kereta peluru benar-benar berhenti sehingga tidak ada korban tewas atau bahkan terluka.
Jepang belajar dari kejadian-kejadian bencana yang menimpa negaranya dengan terus melakukan mitigasi bencana untuk meminimalisirkan kerugian ataupun korban jiwa akibat bencana. Hal ini tentunya dilengkapi dengan penelitian dan pengembangan dalam menanggulangi bencana di daerah-daerah rawan bencana.